BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebudayaan merupakan bentuk ungkapan masyarakat tentang semangat mendalam
suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasikemajuan mekanis dan
teknologi lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak
diferleksikan dalam sastra, realigi (agama), dan moral. Maka peradaban
terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi. Pembahasan sejarah
perkembangan peradaban Islam yang sangat panjang dan luas itu tidak bisa
dilepaskan dari pembahasan sejarah perkembangan politiknya. Sistem politik dan
pemerintahan merupakan salah satu aspek penting dari peradaban. Sejarah politik dunia Islam
dibagi menjadi tiga periode: period klasik, periode pertengahan, dan periode
modern. Banyak diantara kita yang mengetahui Islam pada periode sekarang ini
saja tanpa mengetahui bagaimanan sejarah tumbuhnya Islam.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
keadaan masyarakat Arab sebelum Islam datang?
2.
Bagaimana
keadaan masyarakat Arab setalah Islam datang?
B.
Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui
keadaan masyarakat Arab sebelum Islam datang.
2.
Mengetahui
keadaan masyarakat Arab setelah Islam datang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Masyarakat Arab Pra-Islam
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab dikenal dengan nama masyarakat
Jahiliyah, yang berarti bodoh. Sebutan Jahiliyah diberikan kepada masyarakat
Arab dikarenakan pola kehidupan mereka yang bersifat primitive dan ummi
yang berarti buta (tidak mengenal baca dan tulis).[1]
Masyarakat Arab pra-Islam hidup berpindah-pindah (nomaden) dan
berkabilah-kabilah.
Sebuah
kabilah yang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Syaikh Al-Qabilah.[2]
Antara kabilah satu dan yang lain sering terjadi persaingan dan perselisihan.
Perselisihan keras antar kabilah memaksa bangsa Arab pra-Islam menghabiskan
sebagian besar waktu mereka dalam peperangan.
Sebab-sebab
terjadinya perang adakalanya bersifat elementer seperti perebutan kekuasaan,
adakalanya bersifat spele seperti kata-kata yang bersifat menyinggung perasaan
seseorang, dan lain sebagainya.
Akibat
dari perselisihan itu tidak sedikit darah yang tertumpah sia-sia. Kebiasaan
buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah membunuh anak perempuan mereka dengan
dalih kemuliaan dan kesucian.
Sebagian
besar bangsa Arab Jahiliyah adalah penyembah berhala, masing-masing kabilah
memiliki berhala sendiri-sendiri. Yang terkenal diantaranya adalah Lata, Uzza,
Manah, dan Hubal.[3]
Patung milik Quraisy yang terbuat dari aqiq dan batu hitam.
Bangsa
Arab pada zaman Jahiliyah sudah mencapai kebudayaan rohani yang tidak kalah
maju dari kebudayaan bangsa-bangsa lain semasa di sekitarnya. Akan tetapi,
mereka tertinggal jauh oleh bangsa lain dalam aspek kebudayaan yang bersifat
materi. Gambaran mengenai kebudayaan bangsa Arab Jahiliyah dapat disimak dari
bahasa Arab dan syair Jahiliyah yang menunjukkan kehidupan yang telah mencapai
tingkat kemajuan.
Peranan
syair sangat dominan dalam kehidupan masyarakat Jahiliyah. Syair pada zaman
Jahiliyah memiliki peranan sebagai pers dalam kebudayaan modern dengan syair
mobilitas sosial bisa dilakukan dengan efektif.
]
B.
Periode
Klasik
Periode
klasik (650-1250M). Periode ini meliputi dua masa. Yaitu: masa kemajuan dan
masa disintegrasi. Yang termasuk dalam masa kemajuan, yaitu masa Rasulullah
SAW, Khulafaurrasyidun, Bani Umayyah, dan masa permulaan daulah Abbasiyah. Pada
masa ini, Islam berkembang dari system keagamaan pada masa Makkah menjadi sistem
kenegaraan pada masa Madinah, dan pada masa Bani Umayyah di Damaskus. Setelah
itu Islam berkembang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban, yaitu pada masa
Daulah Abbasiyah di Baghdad dan Daulah Amawiyah II di Andalusia.[4]
Setelah
Islam mencapai puncak keemasannya (650-1000M), maka tibalah masa
disintegrasi (1000-1250) yang ditandai
dengan lemahnya kekuasaan khalifah dan semata-mata sebagai boneka bagi
pengawalnya dan lemahnya control pemerintahan pusat terhadap daerah-daerah yang
jauh letaknya dari pusat.[5]
Pada
masa kemajuan itu, ditandai dengan diutusnya Nabi menjadi Rosul, dan adapula
yang berpendapat bahwa periode ini di tandai dengan peristiwa hijrahnya
Rasulullah ke Madinah (16 Juli 622M). Nabi diutus untuk menyebarkan agama Islam
dan perantaranya adalah Al-Qur’an. Karena pada saat itu masyarakat Jahiliyah
sangat gandrung dengan kesusastraan. Maka dari itu, Al-Qur’an di turunkan
dengan bahasa sastra, seperti yang lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan:
1.
Untuk
menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya, sehingga dengan demikian mereka
bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab.
2.
Untuk
menantang mengungguli syair-syair Jahiliyah, sehingga Al-Qur’an memiliki daya
hidup dan vitalis yang tinggi di tenah-tengah aktivitas dan kepandaian orang
Arab dalam bersyair. Fungsi Al-Qur’an sebagai mu’jizat bagi kelangsungan tugas Nabi
Muhammad SAW.[6]
Selama
10 tahun Rasulullah tinggal di Madinah, sehingga ia dan kaun muslimin
mendapatkan kesempatan untuk menaklukkan Makkah dan membebaskan Ka’bah dari
berbagai berhala yang sebelumnya berada di sekitarnya. Nabi meninggal di usia
63 tahun pada tahun 632M/11H. Setelah itu kepemimpinan umat Islam berada di
tangan Abu Bakar (w.634M/11H). Kebijakan pertama yang di lakukannya adalah
memerangi orang-orang yang murtad dan golongan yang menolak membayar zakat.
Pada masa itu pula ia berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang
sebelumnya berserakan dalam berbagai tulisan di pelepah kurma, batu tipis,
tulang, dan lembaran kain .[7]
Umar
bin Khattab (w. 644M/23 H) melanjutkan kepemimpinan Islam setelah Abu Bakar. Usman
bin Affan (w. 656M/35H), pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun
Al-Qur’an dalam satu bentuk bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak versi.
Usman meninggal terbunuh usia 82 tahun ketika ia membaca Al-Qur’an akibat
ketidakpuasan rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung nepotisme.[8]
`Pada
masa Ali bin Abi Tholib (w.661M/40H) terjadi berbagai kerusuhan dan kekacauan
pasca terbunuhnya Usman. Ada
satu keputusan yang ditetapkan Ali, yaitu memerangi kelompok pembangkan
tersebut yang berujung pada perang Jamal yang dipimpin oleh Aisyah dan perang
Shiffin yang dipimpin oleh Mu’awiyah.[9]
Pemerintahan
Abu Bakar ke Ali disebut masa khulafaurrasyidun. Setelah itu, beralih menjadi kerajaan turun temurun.
Dinasti pertama didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan (w.661M/41H).
Dinasti
Basni Umayyah mencapai puncak kejayaan pada masa Al-Walid (w.715M/96H). Sedang,
Umar bin Abdul Aziz(w.720M/101H) adalah seorang khalifah Umayyah yang terkenal
dengan ketaqwaan, kezuhudan, dan kejujurannya. Ia adalah khalifah ketiga
setelah Abu Bakar dan Umar dari Khulafaurrasyidun.[10]
Secara
umum masa kekuasaan dinasti Umayah berlangsung selama 91 tahun.
Khalifah-khalifah besar dari dinasti Umayah adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan
(660-680 M)/40-60H), ‘Abd al-Malik bin Marwan (685-705M/65-86H), al-Walid bin
‘Abd al-Malik(705-715M/86-96H0, Umar bin ‘Abd Aziz (717-720M/99-101H).
Sedangkan Marwan bin Muhammad (w.750M/132H).[11]
Penyebab
keruntuhan dinastu Umayah ada dua faktor, pertama: faktor intern, yaitu
adanya persaingan dan perebutan kekuasaan diantara para keluarga khalifah. Kedua:
factor ekstern, yaitu adanya perselisihan dan pengaruh yang cenderung yang
mengarah pada fanatisme golongan Arab Mudariyah di Utara dan Yamaniyah di
Selatan.[12]
Dinasti
Abbasiyah adalah pelanjut dinasti Umayyah. Pendiri dinasti tersebut adalah Abu
al-Abbas al-Saffah (w.754M/136H) yang didukung oleh kaum Mawali pimpinan Abu
Muslim yang berasal dari Khurasan, yaitu orang muslim non-Arab. Meskipun
al-Saffah disebut sebagai pendiri Bani Abbasiyah, namun penggantinya Abu Ja’far
Al-Mansur (w.776M/158H) yang harus disebut sebagai Pembina dan peletak dasar dinasti
yang sebenarnya. Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa Harun
Al-Rosyid (w.809M/193H), perhatiannya lebih banyak di curahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan keperluan social sampai-sampai kehidupan
mewah, kesenangan dan kebesarannya digambarkan dalam cerita seribu satu malam.[13]
Pengganti
al_rosyid adalah Al-Amin (w.813M/198H), putranya adalah Al-Ma’mun
(w.833M/218H). selanjutnya diganti oleh al-Mu’tashim (w.843M/227H). jadi,
khalifah dinati Abbasiyah yang terakhir adalah al-Mu’tashim (w.1258M/656H) dan
ia berkuasa ketika kota
Baghdad diserbu
oleh serangan Hulagu Khan tahun 1258 M.[14]
Perbedaan
antara dinasti Bani Umayyah dengan dinastu Bani Abbasiyah adalah: Pertama,
Bani Umayyah lebih mendahulukan solidaritas Arabnya, Kedua, konsentrasi
Bani Umayyah lebih besar pada perluasan wilayah Islam, dan dinasti Bani
Abbasitah lebih banyak konsentrasinya pada peningkatan sumber daya menusia
dengan menonjolkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, hingga peradaban Islam
mencapai tingkat yang tinggi.[15]
Secara
umum periode klasik terbagi menjadi dua. Pertama, pada masa kemajuan dan
keemasan Islam yang terjadi mulai tahun 650M sampai tahun 1000M. Sedangkan
period kedua adalah masa kemunduran dan disintegrasi yang dimulai tahun 1000M
hingga runtuhnya Baghdad
pada tahun 1258 M.[16]
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Bangsa Arab sebelum
datangnya Islam, dalam kondisi primitive, dan ummi. Oleh karena itu, mereka
disebut Arab Jahiliyah.
2.
Periode Klasik Islam Arab
mempunyai dua masa, yaitu : masa kemajuan, dan masa disintegrasi.
[1] Study Islam IAIN Ampel Surabaya. ( Pengantar Study Islam. Surabaya : Sunan Ampel Press, 2010), hal. 137.
[2] Umar Farrukh, op. cit, hlm. 18.
[3] Al-Qur’an: 53, Al-Najm, 20-21
[4] Abd. Jabbar Adlan, (Sejarah dan Pembaharuan Islam,
Surabaya: Anika Bahagia Offset. 1995),
hal. 3.
[5] Ibid. hal 3
[6] Study Islam IAIN Ampel Surabaya. (Pengantar Study Islam. Surabaya : Sunan Ampel Press. 2010), hal. 138.
[7] Muhammad al-Khudari Bik. (Tarikh al-Tashri’ al Islami.
Mesir: Matba’ah al-Sa’adah. 1954), hal.
12.
[8] Study Islam IAIN Ampel Surabaya. (Pengantar Study Islam. Surabaya : Sunan Ampel
Press. 2010), hal. 140.
[11] Ibid. hal 142.
[12] Hasan Ibrahim Hasan. ( Tarijh al-Islam al-Siyasi wa al-Dini wa
al-Thaqafi wa al-Ijtima’I, vol II Cairo: MAktabat al-Nahdah al Misriyah,
1979), hal. 17.
[13] Study Islam IAIN Ampel Surabaya, Pengantar Study Islam. (Surabaya : Sunan Ampel
Press, 2010), hal. 143.
[14] Mahmuddunnasir, Islam: its…, hal. 282.
[15] CE. Bosworth, The Islamic Dynasties, Terj. Ilyas Hasan,
(Bandung: Mizan, 1993), hal. 30.
[16] Study Islam IAIN Ampel Surabaya, Pengantar Study Islam. (Surabaya : Sunan Ampel
Press, 2010), hal. 144.
0 comments:
Post a Comment