' Nuqy Nuqy: Pengelolaan Kelas

Thursday, April 11, 2013

Pengelolaan Kelas



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolahan (Management) kelas merupakan keterampilan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien .[1] Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.[2]

pengelolaan kelas bisa juga diartikan sebagai kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal  bagi terjadinya proses belajar yang didalamnya mencakup pengaturan siswa dan fasilitas.  
 Sedangkan, kelas itu sendiri mempunyai pengertian yaitu sebuah ruangan sebagai tempat berkumpulnya siswa untuk mengikuti dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif. Kelas bukanlah semata-mata suatu ruangan tempat belajar mengajar antara guru dengan murid, serta bukan hanya suatu bangunan fisik yang terdiri peralatan belajar mengajar. Tetapi lebih dari itu, kelas merupakan suatu organisasi kecil yang unik dalam pendidikan.[3]
Dalam pembelajaran di kelas, bahwasannya peranan guru sangat menentukan kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara siswanya dalam kelas. Guru yang setiap hari bergaul dengan murid-muridnya mengemban tugas sebagai pendidik yang berkewajiban membantu pertumbuhan dan pengembangan murid dalam mewujudkan kedewasa’annya masing-masing.

B.     Prosedur Pengelolaan Kelas
Prosedur pengelolaan kelas merupakan serangkaian langkah kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan agar tercipta kondisi kelas yang optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Istilah prosedur itu seendiri mengandung arti sebagai suatu cara atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah dientukan. Sedangkan menurut Ismail Masya, yaitu suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang.[4]
Dalam pengelolaan kelas harus dilaksanakan dengan prosedur tertentu, yang mana prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru dalam kegiatan belajar mengajar, paling tidak akan mengarahkan proses pengelolaan kelas yang lebih terarah dan teratur. Untuk itu terdapat dua prosedur pengelola’an kelas, yaitu prosedur bersifat Preventif (pencegahan), dan prosedur yang bersifat Kuratif (penyembuhan).[5]
1.      Prosedur Preventif (pencegahan)
Merupakan mencegah suatu tindakan sebelum adanya penyimpangan khususnya didalam kelas agar tidak mengganggu proses belajar mengajar.[6] Prosedurnya antara lain:
a.       Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, sehingga guru dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar dalam melaksanakan tugasnya.
b.      Peningkatan kesadaran pada siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan kesadaran serta dapat menghindarkan diri peserta didik dari sikap yang tidak terpuji, seperti sikap malas, sikap mudah putus asa, mudah ,marah, mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Selain itu, guru juga sebaiknya memperhatikan kebutuhan, keinginan dan memberikan dorongan pada siswanya, menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan siswa.
c.       Sikap polos dan tulus dari guru, sehingga guru dapat mempengaruhi lingkungan belajar siswa. Karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh para siswa.
d.      Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan. Sebaiknya guru dapat mengidentifikasi tingkah laku siswa yang menyimpang baik bersifat individual maupun kelompok, atau bahkan penyimpangan yang disengaja. Dan juga guru sebaiknya belajar dari berbagai pengalaman guru-guru lainnya yang gagal ataupu  yang berhasil, untuk mencari alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai persoalan pengelolaan kelas.
e.       Menciptakan kontrak sosial. Yaitu sebuah daftar aturan atau kontrak, tata tertib beserta sanksinya yang mengatur kehidupan di kelas yang mana harus disetujui oleh guru dan siswa.[7]
2.      Prosedur Kuratif (Penyembuhan)
a.       Mengidentifikasi masalah, gunanya untuk mengenal dan mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas.
b.      Menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan siswqa dan menyimpulkanlatar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan, selanjutnya menentukan alternatif penanggulangannya.
c.       Menilai alternatif pemecahaan, guru menilai alternatif pemecahan yang sesuai, kemudian memilih alternatif pemecahan yang dianggap sudah tepat serta melaksanakannya.
d.      Mendapatkan balikan, guru melakukan kilas balik agar  alternatif pemecahan yang dipilih tadi sesuai target yang sudah direncanakan.[8] Dengan cara guru membentuk pertemuan dengan peserta didiknya untuk perbaikan dan kepentingan siswa dan sekolah, semata-mata untuk kepentingan bersama.
Bahwasannya, prosedur kelas harus dimonitor dengan baik. Guru juga harus berespons kepada hampir setiap penyimpangan peraturan atau prosedur. Ketika guru mengumumkan bahwa kelas atas siswa individu tidak benar mengikuti prosedur, pendekatan terbaik adalah untuk meminta siwa menetapkan prosedur yang benar dan kemudian mempraktikkannya.

C.     Rancangan Pengelolaan kelas
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Rancangan berasal dari kata rancang yang artinya membuat gambar bentuk bangunan secara kasar (hanya garis-garis besarnya), menyusun kerangka karangan (dalam pikiran, dengan catatan kasar bagian-bagiannya), menyusun dalam pikiran tentang rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan. Rancangan berarti apa yang dirancang. Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai tujuan tertentu.[9] Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan rancangan pengelolaan kelas:
1.      Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat pengelolaan kelas, akan memberikan arah kepada apa, mengapa dan bagaimana harus berbuat dalam pengelolaan kelas.
2.      Pemahaman terhadap hakikat siswa yang dihadapinya. Yakni, setiap sa’at seorang siwa akan memperlihatkan sikap dan tingkah laku tertentu dalam lingkungannya.
3.      Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh siswa, melalui identifikai masalah penyimpangan yang dihadapinya.
4.      Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan kelas. Pemahaman ini akan menambah kemampuan dalam menyesuaikan pendekatan tertentu dengan masalah penyimpangan yang dilakukan oleh siswa.


5.      Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan pengelolaan kelas.[10]
Kelima faktor di atas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan rancangan pengelolaan kelas. Setelah rancangan tersebut disusun, hal yang terpenting, yaitu proses pelaksanaannya. Peranan dan pengaruh guru menjadi penting karena disamping kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan rancangan, maka sikap, tingkah laku, kepribadian, serta kemampuan berinterksi merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian.
Langkah-langkah proses pengelolaan kelas, antara lain:
a.       Memahami hakikat konsep dan tujuan pengelolaan kelas.
b.      Menentukan masalahnya, preventif atau kuratif
c.       Mempertimbangkan hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan sendiri, lalu memperhatikan kenyata’an penyimpangan perilaku yang ada.
d.      Menentukan masalahnya , individual atau kelompok
e.       Menyusun rancangan pengelolaan kelas, preventif individual atau kelompok.
f.       Menjabarkan langkah-langkah kegiatan rancangan pengelolaan kelas.
g.      Melaksanakan rancangan yang telah disusun, dimana fungsi dan peranan guru sangat menentukan.[11]

D.    Tehnik Pengelolaan Kelas
Adapun tehnik-tehniknya sebagai berikut:
1.      Tehnik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
2.      Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3.      Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4.      Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan  cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5.      Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.[12]

Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan: pengorganisasian kelas, melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan pembelajarannya.

a.       Pengorganisasian kelas, antara lain:
1)      Mengatur tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
2)      Membuat jadwal harian dan mendiskusikannya.
3)      Siswa diberi janji sampai guru memaparkan secara jelas kegiatan yang akan datang.
4)      Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan tugas-tugas siswa lainnya.
5)      Menetapkan kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah
6)      Melakukan kompetisi kelompok untung merangsang transisi yang lebih banyak lagi.[13]

b.      Kegiatan komunikasi
Dalam kegiatan komunikasi ini dapat berupa Sending skills, keterampilan-keterampilan yang disampaikan kepada siswa, sseperti: melakukan perjanjian dengan segera, berbicara langsung dengan siswa, berbicara dengan santun. Dan juga dapat berupa Receiving skills, bentuk keterampilan yang diterimakan kepada siswa yang terdiri dari: tidak menilai apa yang didengar tetapi bersifat empatik, agar membuat pendengar jelas upayakan aktif dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap muka dan selalu memperhatikan informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang kuat dengan menggunakan gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.[14]

c.       Kegiatan monitoring
1)      Tangani secara tenang dan cepat apabila terdapat perilaku siswa yang mengganggu di kelas.
2)      Ingatkan kembali kepada siswa tentang prosedur dan aturan kelas.
3)      Ciptakan agar siswa patuh terhadap prosedur dan aturan kelas.
4)      Berikan penjelasan terhadap siswa bahwa akibat gangguan tersebut akan mendapatkan konsekuensi khusus.
5)      Lakukan konsekuensi untuk kelainan perilaku siswa secara konsisten.

6)      Adakalanya terdapat satu atau dua siswa yang mengganggu kelas, upayakan siswa lainnya tetap fokus terhadap tugas.[15]
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru biasanya melibatkan siswa dalam menilai pekerjaannya maupun kegiatan pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan waktu untuk berpikir sebelum disuruh menjawab, serta memberikan semangat, ciptakan antisipasi dan lakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi siswa[16].















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dalam proses pengelolaan kelas, kehadiran guru sangat berperan penting karena dengan kreatifitasan guru menjadikan proses belajar mengajar di dalam kelas lebih efektif dan efisien. Guru melakukan pengelolaan kelas terlebih dulu harus melalui prosedur tertentu, seperti: melakukan prosedur preventif (pencegahan), dan prosedur kuratif (pencegahan). Prosedur preventif ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran diri sebagai guru, meningkatkan kesadaran pada siswa, sikap polos dan tulus dari guru, mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, menciptakan kontrak sosial. Sedangkan, prosedur kuratif dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menilai alternatif masalah, mendapatkan balikan atau bisa disebut kilas balik.
Selain dari segi prosedural nya, harus ada rancangan pengelolaan kelas agar nantinya sesuai dengan  proses pengelolaan kelas itu sendiri. Adapun faktor penyusunan rancangan meliputi: pemahaman arti, tujuan dan hakikat pengelolaan kelas; pemahaman terhadap hakikat siswa yang dihadapinya; pemahaman bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa; pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas; pemilikan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru yang mempunyai kreatifitas yang mumpuni adakalanya dalam melakukan proses pengelolaan kelas dengan menggunakan tehnik-tehnik pengelolaan kelas yang kreatif pula, seperti pengorganisasian kelas yang cara sederhananya dengan mengatur tempat duduk siswanya, kemudian guru melakukan kegiatan komunikasi berupa sending skill maupun receiving skill, dan melakukan kegiatan monitoring didalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Cece. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suryosubroto, S. 2002. proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadari, Nawawi. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.
Sodikin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Airlangga.
Sudarwan, Danim. 2006 . Visi Baru Manajemen Sekolah.  Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa . 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.
Vern Jones, Louise Jones. 2012. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta: kencana.
Arikunto, Suharsimi. 1988. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.


[1] Mulyasa. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 1990), hal. 82
[2] Suharsimi Arikunto. Pengelola’an Kelas dan Siswa (Jakarta: Rajawali, 1988),  hal. 33
[3] Nawawi,hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelola’an Kelas. (Jakarta: Gunung Agung, 1989), hal. 114
[4] Ibid., hal 116
[5]S Suryosubroto. proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 134
[6]Danim Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah.  (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 93
[7] Ibid., hal 94
[8]Cece  Wijaya. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda Karya, 1991), hal. 113
[9] Vern jones, Louise Jones.  Manajemen Kelas Komprehensif. (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 41
[10] Ibid., hal 42
[11] Sodikin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Airlangga, 2002), hal. 58
[12] Mulyasa. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 1990),  hal. 101
[13] Suharsimi Arikunto. Pengelolaan Kelas dan Siswa (Jakarta: Rajawali, 1988), hal. 67
[14] Danim Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah.  (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 104
[15] S, Suryosubroto. proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 142
[16] Sodikin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Airlangga, 2002), hal. 66

2 comments:

Unknown said...

TERIMA KASIH BUAT POSTIINGANNYA.

Unknown said...

semoga bermanfaat ^^