' Nuqy Nuqy: Metode Pengajaran Membaca (Qiroah)

Friday, December 27, 2013

Metode Pengajaran Membaca (Qiroah)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode pengajaran bahasa terus mengalami perkembangannya hingga sekarang,  berbagai macam metodologi pengajaran bahasa yang lebih modern, yang lebih mengedepankan keterampilan berbahasa, serta relevansinya dengan kebutuhan peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dengan berbagai macam pendekatan terus diupayakan  dan dikembangkan. Perkembangan ini pun tidak lepas dari jasa beberapa tokoh yang telah meletakkan prinsip-prinsip dasar pengajaran bahasa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa devinisi, tujuan dan metode pengajaran membaca?
2.      Apa devinisi dan kelebihan serta kekurangan Audio lingual?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui devinisi, tujuan dan metode pengajaran membaca.
2.      Untuk mengetahui devinisi dan kelebihan serta kekurangan audio lingual.








BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan vital dalam kehidupan umat manusia.[1] Sungguh tepat kiranya, nabi Muhammad sebagai rasul terakhir menerima wahyu yang pertama dari Allah SWT. Adalah perintah untuk “membaca”.(Q.S:96:1)
Beberapa ahli mencoba memberi definisi “Membaca”, antara lain :
  1. Farris (1993:304) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman di peroleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan.
  2. Syafi’i (1999:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
  3. Dalam KBBI (2000:62) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati.[2]
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.
B. Tujuan Membaca
Perlu disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca tidak bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak memiliki arti sama sekali. Tujuan membaca dapat ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit.
Berdasarkan pengalaman yang dialami, ada beberapa tujuan membaca yang dapat dikemukakan, di antaranya untuk:
a.       Memahami aspek kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks
b.      Memahami pesan yang ada dalam teks
c.       Mencari informasi penting dari teks[3]
d.      Mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas
e.       Menikmati bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
f.       Dapat melagukan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan al-Qur'an secara tepat dan menarik hati.
C. Metode Pengajaran Membaca
Keterampilan membaca sangat perlu dikuasai oleh setiap siswa. Dalam penyelesaian studi bagi setiap siswa, keterampilan membaca sangat diperlukan dalam mempelajari setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti disajikan dalam buku teks yang harus dicerna oleh siswa. Dalam kehidupan bermasyarakat di luar sekolah pun, keterampilan membaca tetap sangat diperlukan. Misalnya membaca koran, majalah, buku buku ilmu pengetahuan, internet, kitab-kitab dan sebagainya.
Terdapat beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1. Metode Reseptif
Metode ini mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap telah banyak menguasai mufrodat, qoidah, maupun kalimat.[4] Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap dengan bagus.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan di organisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran di spesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir.[5] Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat di pahami, di tulis, di utarakan, atau di sajikan ke dalam non linguistis.
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi di integrasikan.[6] Misalnya; mendengarkan di integrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis di integrasikan dengan berbicara dan membaca.
4. Metode Partisipatori
Metode ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa di dudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak sebagai pemandu atau fasilitator.[7] Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator yang kreatif.
D. Metode Audio lingual
            Metode audiolingual adalah sebuah metode yang bersifat intensif dan berbasis penyajian lisan atau ujaran dengan mendengarkan bunyi2 bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya sebelum siswa membaca dan menulis.
Metode ini di dasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, oleh karena itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya, sebagai pelajaran membaca dan menulis.[8]
Metode ini sangat mengutamakan drill (pengulangan). Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.[9] Tujuan utama pengajaran bahasa asing seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris melalui metode ini ialah kemahiran-kemahiran mendengarkan, sehingga mampu memahami atau mengerti. Meskipun pembicaraan cepat dan panjang dengan menyebutkan huruf/kata berangkai atau sukar dimengrti, tetapi bila telingah sudah terbiasa serasi dan peka terhadap bahasa/ucapan itu maka akan mudah dimengerti.[10]
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah
a.       Penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca
b.      Peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa  menghafalkannya
c.       Penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan
d.      Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan didepan kelas
e.       Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.[11]
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio Lingual
Metode ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan. Kelebihan metode audio lingual antara lain:
1.      Para pelajar memiliki ketrampilan pelafalan yang bagus.
2.       Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatih.
3.      Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan berbicara secara intensif.
4.      Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus terus menerus merespon stimulus guru.[12]
kelemahan metode audiolingual antara lain:
1.      Respon pelajar cenderung mekanistis, sering tidak mengetahui atau memikirkan makna ujaran yang diucapkan,
2.      Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan.
3.      Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks sehingga pelajar hanya memahami satu makna, padahal satu kalimat atau ungkapan memiliki beberapa makna.
4.      Keaktifan siswa di dalam kelas adalah keaktifan yang semu karena mereka hanya merespon rangsangan guru.
5.      Karena kesalahan dianggap sebagai dosa, maka pelajar tidak dianjurkan berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar pola-pola kalimat yang cukup banyak.
6.      Latihan pola bersifat manipulative, tidak kontekstual dan tidak realistis.[13]






                                                           











BAB III
KESIMPULAN

A.    Metode Membaca
Dari beberapa pendapat, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.
Tujuan Membaca
a)      Memahami aspek kebahasaan (kata, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks.
b)      Memahami pesan yang ada dalam teks.
c)      Mencari informasi penting dari teks.
d)     Mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas.
e)      Menikmati bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
f)       Dapat melagukan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan al-Qur'an secara tepat dan menarik hati.
Metode-metode Pengajaran Membaca
1.    Metode Reseptif  2. Metode Komunikatif  3. Metode Integratif 4. Metode Partisipatori.
B.     Metode Audiolingual
Metode audiolingual adalah sebuah metode yang bersifat intensif dan berbasis penyajian lisan atau ujaran dengan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya sebelum siswa membaca dan menulis.

Kelebihan metode audio lingual antara lain:
a)      Para pelajar memiliki ketrampilan pelafalan yang bagus.
b)      Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatih.
c)      Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan berbicara secara intensif.
d)     Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus terus menerus merespon stimulus guru.

Kelemahan metode audiolingual antara lain:
a)      Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan.
b)      Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks sehingga pelajar hanya memahami satu makna, padahal satu kalimat atau ungkapan memiliki beberapa makna.
c)      Keaktifan siswa di dalam kelas adalah keaktifan yang semu karena mereka hanya merespon rangsangan guru.
d)     Karena kesalahan dianggap sebagai dosa, maka pelajar tidak dianjurkan berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar pola-pola kalimat yang cukup banyak.















DAFTAR PUSTAKA

Soeparno, 1997, media pengajaran bahasa, Yogyakarta: Tiara Warna.
Suyatno, 2009, Pengajaran bahasa arab media dan metode-metodenya, Yogyakarta: Teras.
Pedoman Pelaksanaan Mata Pelajaran Bahasa Arab Untuk Madrasah Aliyah, 2000, Jakarta: TP.
Affendi, 2005, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat.
Izzan Ahmad, 2009, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora.
Suyatno, 2004, Teknik pembelajaran bahasa dan sastra, Surabaya: SIC.



[1]
[2]  Soeparno, media pengajaran bahasa. (Yogyakarta: Tiara Warna. 1997). Hal 56.
[3]  Suyatno. Pengajaran bahasa arab media dan metode-metodenya. (Yogyakarta: Teras. 2009). Hal 98
[4]  Pedoman Pelaksanaan Mata Pelajaran Bahasa Arab Untuk Madrasah Aliyah, (Jakarta: TP, 2000). Hal 42.
[5]  Ibid. Hal 42.      
[6]  Ibid. Hal 42
[7]  Ibid. Hal 43.
[8]  Ahmad Fuad Affendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005) hal 46
[9]  Suyatno, Teknik pembelajaran bahasa dan sastra, (Surabaya, SIC:2004), hal 17
[10]  Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung, Humaniora:2009), hal 105
[11]  Suyatno, Teknik pembelajaran bahasa dan sastra, (Surabaya, SIC:2004), hal 17
[12]  Ibid., hal 47-48
[13]  Ibid., hal 49

0 comments: