BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode pengajaran bahasa terus mengalami perkembangannya hingga sekarang,
berbagai macam metodologi pengajaran bahasa yang lebih modern, yang lebih
mengedepankan keterampilan berbahasa, serta relevansinya dengan kebutuhan
peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dengan berbagai macam pendekatan
terus diupayakan dan dikembangkan. Perkembangan ini pun tidak lepas dari
jasa beberapa tokoh yang telah meletakkan prinsip-prinsip dasar pengajaran
bahasa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa devinisi,
tujuan dan metode pengajaran membaca?
2.
Apa devinisi
dan kelebihan serta kekurangan Audio lingual?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui devinisi, tujuan dan metode pengajaran membaca.
2.
Untuk
mengetahui devinisi dan kelebihan serta kekurangan audio lingual.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Membaca
Membaca
merupakan kegiatan yang sangat penting dan vital dalam kehidupan umat manusia.[1]
Sungguh tepat kiranya, nabi Muhammad sebagai rasul terakhir menerima wahyu yang
pertama dari Allah SWT. Adalah perintah untuk “membaca”.(Q.S:96:1)
Beberapa ahli mencoba memberi definisi
“Membaca”, antara lain :
- Farris (1993:304) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman di peroleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan.
- Syafi’i (1999:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
- Dalam KBBI (2000:62) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati.[2]
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan proses
pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan
melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang
dilakukan secara nyaring atau dalam hati.
B. Tujuan Membaca
Perlu
disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca tidak
bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak memiliki arti sama
sekali. Tujuan membaca dapat ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit.
Berdasarkan
pengalaman yang dialami, ada beberapa tujuan membaca yang dapat dikemukakan, di
antaranya untuk:
a.
Memahami aspek
kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks
b.
Memahami pesan
yang ada dalam teks
c.
Mencari
informasi penting dari teks[3]
d.
Mendapatkan
petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas
e.
Menikmati
bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
f.
Dapat melagukan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan al-Qur'an
secara tepat dan menarik hati.
C. Metode Pengajaran Membaca
Keterampilan
membaca sangat perlu dikuasai oleh setiap siswa. Dalam penyelesaian studi bagi
setiap siswa, keterampilan membaca sangat diperlukan dalam mempelajari setiap
mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti disajikan dalam buku teks yang
harus dicerna oleh siswa. Dalam kehidupan bermasyarakat di luar sekolah pun,
keterampilan membaca tetap sangat diperlukan. Misalnya membaca koran, majalah,
buku buku ilmu pengetahuan, internet, kitab-kitab dan sebagainya.
Terdapat
beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain
:
1. Metode Reseptif
Metode ini
mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun
tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap
telah banyak menguasai mufrodat, qoidah, maupun kalimat.[4]
Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan
atau simakan diserap dengan bagus.
2. Metode Komunikatif
Desain yang
bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap
tujuan di organisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran di
spesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir.[5]
Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat di
pahami, di tulis, di utarakan, atau di sajikan ke dalam non linguistis.
3. Metode Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek
dalam satu bidang studi di integrasikan.[6] Misalnya;
mendengarkan di integrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis di
integrasikan dengan berbicara dan membaca.
4. Metode Partisipatori
Metode ini
lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa di dudukkan sebagai subjek belajar. Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak
sebagai pemandu atau fasilitator.[7]
Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan
sebagai moderator yang kreatif.
D. Metode Audio lingual
Metode audiolingual adalah sebuah metode yang bersifat intensif dan
berbasis penyajian lisan atau ujaran dengan mendengarkan bunyi2 bahasa dalam
bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya sebelum siswa membaca dan
menulis.
Metode ini di dasarkan atas beberapa
asumsi, antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, oleh karena
itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa
dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya, sebagai pelajaran
membaca dan menulis.[8]
Metode ini sangat mengutamakan drill
(pengulangan). Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.[9]
Tujuan utama pengajaran bahasa asing seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris
melalui metode ini ialah kemahiran-kemahiran mendengarkan, sehingga mampu
memahami atau mengerti. Meskipun pembicaraan cepat dan panjang dengan
menyebutkan huruf/kata berangkai atau sukar dimengrti, tetapi bila telingah
sudah terbiasa serasi dan peka terhadap bahasa/ucapan itu maka akan mudah
dimengerti.[10]
Langkah-langkah
yang biasanya dilakukan adalah
a.
Penyajian dialog atau teks pendek
yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang
dibaca
b.
Peniruan dan penghafalan teks itu
setiap kalimat secara serentak dan siswa
menghafalkannya
c.
Penyajian kalimat dilatihkan dengan
pengulangan
d.
Dramatisasi dialog atau teks yang
dilatihkan kemudian siswa memperagakan didepan kelas
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio Lingual
Metode ini memiliki kelebihan dan
juga kelemahan. Kelebihan metode audio lingual antara lain:
1.
Para pelajar memiliki ketrampilan pelafalan yang bagus.
2.
Para pelajar terampil
membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatih.
3.
Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan
menyimak dan berbicara secara intensif.
4.
Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus
terus menerus merespon stimulus guru.[12]
kelemahan metode audiolingual antara lain:
1.
Respon pelajar cenderung mekanistis, sering tidak mengetahui atau
memikirkan makna ujaran yang diucapkan,
2.
Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang
digunakan telah dilatihkan.
3.
Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks
sehingga pelajar hanya memahami satu makna, padahal satu kalimat atau ungkapan
memiliki beberapa makna.
4.
Keaktifan siswa di dalam kelas adalah keaktifan yang semu karena
mereka hanya merespon rangsangan guru.
5.
Karena kesalahan dianggap sebagai dosa, maka pelajar tidak
dianjurkan berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar
pola-pola kalimat yang cukup banyak.
6.
Latihan pola bersifat manipulative, tidak kontekstual dan tidak
realistis.[13]
BAB III
KESIMPULAN
A.
Metode Membaca
Dari beberapa
pendapat, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan proses pemahaman atau
penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata)
yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang dilakukan secara
nyaring atau dalam hati.
Tujuan Membaca
a)
Memahami aspek
kebahasaan (kata, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks.
b)
Memahami pesan
yang ada dalam teks.
c)
Mencari
informasi penting dari teks.
d)
Mendapatkan
petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas.
e)
Menikmati
bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual.
f)
Dapat melagukan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan al-Qur'an
secara tepat dan menarik hati.
Metode-metode
Pengajaran Membaca
1.
Metode
Reseptif 2. Metode Komunikatif 3. Metode Integratif 4. Metode Partisipatori.
B.
Metode
Audiolingual
Metode audiolingual adalah sebuah metode yang bersifat intensif dan
berbasis penyajian lisan atau ujaran dengan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa
dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya sebelum siswa membaca
dan menulis.
Kelebihan metode audio lingual antara lain:
a)
Para pelajar memiliki ketrampilan pelafalan yang bagus.
b)
Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah
dilatih.
c)
Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan
menyimak dan berbicara secara intensif.
d)
Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus
terus menerus merespon stimulus guru.
Kelemahan
metode audiolingual antara lain:
a)
Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang
digunakan telah dilatihkan.
b)
Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks
sehingga pelajar hanya memahami satu makna, padahal satu kalimat atau ungkapan
memiliki beberapa makna.
c)
Keaktifan siswa di dalam kelas adalah keaktifan yang semu karena
mereka hanya merespon rangsangan guru.
d)
Karena kesalahan dianggap sebagai dosa, maka pelajar tidak
dianjurkan berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar
pola-pola kalimat yang cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Soeparno, 1997, media pengajaran bahasa, Yogyakarta: Tiara
Warna.
Suyatno, 2009, Pengajaran bahasa arab media dan metode-metodenya,
Yogyakarta: Teras.
Pedoman Pelaksanaan Mata Pelajaran Bahasa Arab Untuk Madrasah
Aliyah, 2000,
Jakarta: TP.
Affendi, 2005, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat.
Izzan Ahmad, 2009, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
Bandung: Humaniora.
Suyatno,
2004, Teknik pembelajaran bahasa dan
sastra, Surabaya: SIC.
[2] Soeparno, media pengajaran bahasa.
(Yogyakarta: Tiara Warna. 1997). Hal 56.
[4] Pedoman
Pelaksanaan Mata Pelajaran Bahasa Arab Untuk Madrasah Aliyah, (Jakarta:
TP, 2000). Hal 42.
[7] Ibid. Hal 43.
[8] Ahmad Fuad Affendi, Metodologi Pengajaran
Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2005) hal 46
[9] Suyatno, Teknik
pembelajaran bahasa dan sastra, (Surabaya, SIC:2004), hal 17
[10] Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung, Humaniora:2009), hal 105
[12] Ibid., hal 47-48
[13] Ibid., hal 49
0 comments:
Post a Comment