BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa dalam hal ini adalah bahasa Arab, merupakan
salah satu bahasa dunia, yang telah mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan sosial masyarakat dan ilmu pengetahuan
. Bahasa Arab merupakan rumpun bahasa Smit yaitu bahasa
yang dipakai bangsa-bangsa yang tinggal di sekitar Sungai Tigris dan Furat,
dataran Syria dan jazirah Arabia (timur tengah) seperti bahasa finisia,
Assyria, Arabia, suryania, dan Babilonia. Bahasa Arab adalah bahasa yang
dipahami oleh agama Islam karena Al-Quran sebagai kitab suci mereka tertuliskan
dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, seorang muslim harus dapat mempelajari
bahasa Arab dengan baik sehingga mereka dapat memahami isi dan pesan kandungan
Al-Quran dan sumber-sumber hukum Islam yang berbahasa Arab.
Sampai saat ini, teori-teori pembelajaran bahasa
Arab di Indonesia, umumnya masih menggunakan produk para ahli dari Timur
Tengah. Hal ini selain karena Timur Tengah sebagai pusat bahasa Arab dan pengajarannya,
juga karena hal-hal yang harus merujuk ke sana dalam pembelajarannya. Namun
demikian, pembelajaran bahasa Arab yang bercorak keindonesiaan juga perlu
dipertimbangkan mengingat adanya perbedaan mencolok antara budaya Timur Tengah
dan Indonesia. Jika pembelajaran bahasa Arab di Indonesia secara baku
“diwajibkan” menggunakan seluruh pendekatan yang berlaku di Timur Tengah,
sangat mungkin akan melahirkan masalah terssendiri.
B.
RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami
mengambil beberapa permasalahan antara lain:
1.
Apa pengertian pembelajaran Bahasa Arab ?
2.
Apa tujuan dari pembelajaran Bahasa Arab ?
3.
Bagaimana pentingnya belajar Bahasa Arab itu ?
4.
Apa saja tingkatan dalam pembelajaran Bahasa Arab ?
5.
Bagaimana bentuk pembelajaran Bahasa Arab bagi orang
Arab ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab
Kegiatan
pembelajaran (al-ta’lim/al-tadris). Yaitu proses yang identik dengan kegiatan
mengajar yang dilakukan guru sebagai
arsitek kegiatan belajar, agar terjadi kegiatan belajar. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi IV (2008:23) dikatakan bahwa pembelajaran berasal dari
kata dasar “ ajar” yang ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan,, cara mengajar atau mengajakan
sehingga anak didik mau belajar. Sedangkan Bahaudin menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Kegiatan
pembelajaran tampaknya lebih dari sekedar mengajar, tetapi juga upaya
membangkitkan minat, motivasi, dan pemolesan aktifitas pelajar, agar kegiatan
mereka menjadi dinamis.[1]
Pengertianpembelajaran
adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar yang mana guru bertindak
sebagai fasilitator untukmembelajarkan siswa.Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dengan penyelenggaraan
jenis dan tingkat pendidikan .
Di samping itu, ada pula sebagaian orang yang
memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan
membaca dan menulis.[2]Menurut
Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu komunikasiyang tersusun meliputi unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan danprosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat
dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya.
Menurut Nana Sudjana bahwa pembelajaran
adalah setiapupaya yang sistematis dan
disengaja oleh pendidik untuk menciptakankondisi-kondisi agar peserta didik
melakukan kegiatan pembelajaran. Dalampembelajaran terjadi interaksi antara
guru dan siswa, disatusisi gurumelakukan sebuah aktivitas yang membawa anak
kearah tujuan, lebih dari ituanak atau siswa dapat melakukan serangkaian
kegiatan yang telahdirencanakan oleh guru yaitu kegiatan belajar yang terarah
pada tujuan yangingin dicapai.Dengan demikian, pembelajaran bahasa Arab dapat
didefinisikansuatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan
gurusebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur
untukmemperolehtujuan yang ingin dicapai.Dalam pembelajaran bahasa
Arabhendaknya mengacu pada upayamembina dan mengembangkan keempat segikemampuan
bahasa, yaitu:kemampuan menyimak (istima'), berbicara (takallum), membaca
(qiro'ah),dan menulis (kitabah),agar mampu memahami bahasa, baik
melaluipendengaran maupun tulisan (reseptif),dan mampu mengutarakan pikiran
danperasaan. [3]
B.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Tujuan pembelajaran bahasa diperlukan agar
seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dengan sesamanya dan
lingkungannya, baik secara lisan maupun tulisan. Tujuanpembelajaran bahasa
adalah untuk menguasai ilmu bahasa dan kemahiran berbahasa arab,seperti
muthala’ah, muhadatsah, insya’; nahwu dan sharaf, sehingga memperolehkemahiran
berbahasa yang meliputi empat aspek kemahiran, yaitu:
1.
Kemahiranmenyimak
2.
kemahiran
membaca
3.
kemahiran
menulis
4.
kemahiran
berbicara
Menyimak merupakan proses perubahan wujud
bunyi (bahasa) menjadi wujud makna. Kemahiran,menyimak sebagai kemahiran
berbahasa yang sifatnya reseptif, menerima informasi dariorang lain
(pembicara).
Kemahiran membaca merupakan kemahiran berbahasa
yang sifatnya reseptif,menerima informasi dari orang lain (penulis) di dalam
bentuk tulisan. Membaca merupakan perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna.
Kemahiran menulis merupakan kemahiran bahasa
yang sifatnya yang menghasilkan atau memberikan informasi kepada orang lain
(pembaca) di dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan perubahan wujud pikiran
atau perasaan menjadi wujud tulisan.
Sedangkan kemahiran berbicara merupakan
kemahiran yang sifatnya produktif, menghasilkan atau menyampaikan informasi
kepada orang lain (penyimak) di dalam bentuk bunyi bahasa(tuturan merupakan
proses perubahan wujud bunyi bahasa menjadi wujud tuturan[4].Departemen
Agama (1975:117) menjelaskan bahwa tujuan umum pembelajaranbahasa Arab adalah:
(1)
untuk dapat
memahami al-Quran dan hadist sebagai sumber hukum ajaran islam
(2)
untuk dapat
memahami buku-buku agama dan kebudayaan islam yang ditulis dalam bahasa Arab
(3)
untuk dapat
berbicara dan mengarang dalam bahasa.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang
hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki
siswa. Menurut Oemar Hamalik, tujuan penting dalam rangka system pembelajaran
yakni merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak
dalam merancang sistem yang afektif. Adapun tujuan umum dalam pembelajaran
bahasa Arab adalah :
1.
Untuk memahami dan
memahamkan ajaran Islam
2.
Untuk memahami
ilmu dan ketrampilan bahasa
3.
Sebagai alat untuk
mempelajari dan memperdalam pengetahuan Islam, seperti sejarah masa lalu,
berita-berita, naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah
manusia, kebudayaan dan adat istiadat serta perkembangan bahasa itu sendiri.
4.
Untuk
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, dalam forum ilmiyah,
maupun dalam forum-forum resmi.
maupun dalam forum-forum resmi.
C. Pentingnya Pembelajaran Bahasa Arab
Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.”
Abdul chamid
bin Yahya dalam Al-hasyimy (1354 H : 4) berkata :
اللغة العرابية من او سع اللغات و اغناها و
ادقها تصويرا
“Bahasa Arab
merupakan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya, deskripsi dan
pemaparannya sangat mendetail dan mendalam .
Abdul chamid
bin Yahya dalam Al-hasyimiy juga berkata :
تعلموا العرابية فانها تزيد في العقل
Artinya :
pelajarilah bahasa arab karena bahasa arab dapat menambah ketajaman daya nalar,
pikir.
Kedudukan
istemawa yang dimiliki bahasa arab diantara bahasa-bahasa lain di dunia karena
ia berfungsi sebagai bahasa al-qur’an dan al-hadits serta kitab-kitab lainnya.
Itulah sebabnya, maka di dalam kitab Faid Al-Qadar Syarh Al-Jami Al-Sagir
susunan al-manawiy (1976:178) disebutkan
bahwa dari ibnu abbas dengan riwayat muslim[5]
Rosulallah
bersabda :
احبوا العراب لثلا ث :لاني عرابي والقران عرابي
وكلام اهل الجنة عرابي.
Artinya :
cintailah bahasa arab karena tiga perkara, saya(Muhammad) adalah orang arab
al-qur’an dengan bahasa arab dan bahasa
penghuni surge adalah bahasa arab .
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata, bahasa Arab memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
kehidupan, akhlak,dan agama.Orang yang pandai bahasa Arab cenderung senang
membaca kitab-kitab para ulama yang berbahasa Arab dan tentu senang juga
membaca dan menghafal Al-Qur’an serta hadits-hadits Rasulullah.Berbeda dengan
orang yang pandai berbahasa Inggris (namun tanpa dibekali dengan ilmu agama
yang baik), dia cenderung senang membaca buku berbahasa Inggris yang jelas
kebanyakannya merupakan karya orang kafir. Sehingga mulailah ia mempelajari
kehidupan orang kafir sedikit demi sedikit. Mau tidak maudiapun harus
mempelajari cara pengucapan dan percakapan yang benar melalui mereka, agar dia
bisa memperbagus bahasa Inggrisnya.
Bahasa Arab
adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an. Seseorang tidak akan dapat
memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari
penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan dan menggampangkan
Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh)
terhadap permasalahan agama.
D. Tingkatan
Pembelajaran Bahasa Arab
Perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa
arab dengan tujuan untuk menghilangkan kesan bahwa bahasa arab itu sulit dan
memusingkan maka guru harus mengerti tingkatan murid yang sedang diajar, agar
bisa memberikan materi sesuai dengantingkat
siswa pada saat itu.
Pemberian materi yang sesuai akan mempercepat
pemahaman siswa, jangan sampai pada saat siswa masih pada tahap pemula
(mubtadi’in) dalam mempelajari bahasa arab, guru memberikan materi yang terlalu
sulit seperti mengarang, bercerita dalam bahasa arab tentu itu akan membuat
siswa yang baru belajar bahasa arab akan merasa sangat kesulitan, sehingga
timbullah kefahaman pada diri siswa bahwa bahasa arab itu sulit, begitu juga
sebaliknya pemberian materi yang terlalu ringan kepada siswa yang sudah pada
tingkat mahir (mutaqodimin) akan membuat siswa merasa cepat bosan karena meteri
itu sudah dia kuasai, pengenalan awal terhadap
tingkatan siswa akan sangat membantu seorang guru dalam memberikan
sebuah materi yang cocok, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Yusuf bahwa
pembelajaran bahasa arab perlu dipersiapkan materi dengan baik yang disesuaikan
dengan taraf perkembangan anak didik.[6]
Untuk menghindari kesan bahwa belajar bahasa
arab itu sulit maka yang harus kita laksanakan adalah:
1)
Mengajarkan
bahasa arab percakapan dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti
oleh peserta didik
2)
Menggunakan
alat peraga atau alat bantu, hal ini penting agar pembelajaran menarik,
bergairah, dan mudah difahami
3)
Mengaktifkan
seluruh panca indra anak didik, lidah dilatih dengan percakapan, mata dilatih
dengan membaca, dan tangan dilatih dengan menulis dan mengarang[7]
Dalam Pembelajaran bahasa Arab telah kita
ketahui bahwa tingkatan pembelajaran bahasa arab terdiri atas:
1)
Mubtadi’in
(pemula)
Mubtadi’in (Pemula) adalah tingkatan yang
paling awal dalam pembelajaran bahasa arab, dan biasanya materi yang paling
cocok untuk tingkatan ini adalah: menghafalkan mufrodat, percakapan yang
sederhana, dan mengarang terarah (insya’ muwajahah) ini
biasanya digunakan pada level bawah karena ia mencakup kegiatan mengarang yang
dimulai dari merangkai huruf, kemudian kata dan kalimat.[8]
2)
Mutawasitin
(menengah)
Ketikasiswa pada
tingkatan ini berarti dia sudah mendapatkan beberapa materi tentang bahasa
arab, dan tugas seorang guru pada saat itu adalah memberi penguatan terhadap
materi-materi yang sudah didapatkan oleh siswa, sehingga bisa mahir dalam
materi tersebut.
3)
Mutaqodimin
(mahir)
Pada tingkatan ini siswa sudah
mulai mahir terhadap materi-materi berbahasa arab dan materi yang sesuai bagi
siswa yang sudah pada tingkatan ini adalah mengarang bebas (insya hur) ini
biasanya digunakan pada level tingkat
tinggi karena disitu kentrampilan, kreatifitas dari seorang penulis sangat
diandalkan. [9]
E.
Pembelajaran
Bahasa Arab Bagi Orang Arab.
Al-khuli
mengatakan “ al-ta’alum iktisab suluk jaded au taqwiyah suluk sabiq
natijatan li khubrah ma zhahran kana au
kaminah” artinya bahwa belajar adalah terjadinya perilaku baru atau penguat
prilaku lama sebagai hasil pengalaman baik
terjadi secara explisit maupun implicit. Intinya belajar adalah proses
terjadinya perubahan yang relative menetap yang di hasilkan dari suatu
pengalaman yang berupa latihan-latihan atau interaksi dengan lingkungan, jadi
belajar bahasa arab bagi kaumarab atau asli orang arab itu sama halnya belajar
bahasa jawa bagi penutur orang jawa, dalam proses belajar hal yang poerlu di
perhatikan yaitu lingkungan sekitar kita, karena lingkungan itu mempengaruhi
semuanya.
Jadi yang di
maksud dengan pengajaran bahasa arab substansinya adalah kegiatan mengajar yang di lakukan secara maksimal oleh
seorang guru terhadap anak didik yang di ajari materi tertentu dalam melakukan
kegiatan mengajar dengan baik, dengan kata lain kegiatan pembelajaran adalah
upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar materi
tertentu yang kondusif untuk menciptakan tujuan. Adapun dalam pembelajaran
bahasa atau belajar bahasa arab sekurang-kurangnya melibatkan tiga disiplin
ilmu yakni:
1.
Disiplin linguistik
2.
Disiplin Psikologi
3.
Disiplin Ilmu Pendidikan[10]
Orang
Arab sejak lahir telah berada di lingkungan yang keseluruhan perkataaannya
menggunakan bahasa arab. Sehingga awal mereka memperoleh bahasa arab adalah
dari lingkungannya bukan dari pembelajaran.
Hal
ini mengingatkan kita akan teori Chomsky yang mengatakan bahwa “bahasa
diperoleh secara fitrah (bawaan lahir)”, sehingga dalam teori generatif
transformatif Chomsky sangat menaruh perhatian pada kaidah yang diistilahkan
dengan “sistem yang ada dalam akal penutur bahasa yang berbentuk batin, yang
diperolehnya semasa kecil”. Berdasarkan pemahamannya terhadap kaidah-kaidah
itu, setiap penutur bahasa tertentu -dengan bahasa ini- akan mampu memahami
kalimat atau susunan kata dengan mudah, sekalipun ia belum pernah mendengarnya
atau menggunakannya. Chomsky menamakan pengetahuan batin ini dengan kaidah
bahasa kifayah lughawiyah (competence).Kaidah-kaidah yang sangat Chomsky
perhatikan ini mencakup atas ashwat (fonetik, fonologi), shorof (morflogi),
nahwu (sintaksis) dan ma’ani (makna-makna).[11]
-Teori
Struktural dan Bahasa Arab-
Aliran
struktural yang digagas oleh Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa studi
bahasa yang ditemukannya berdasarkan atas sebuah asas.Asas yang dimaksud bahwa
objek linguistik satu-satunya yang valid adalah mempelajari bahasa dengan objek
penelitian bahasa, untuk kepentingan bahasa itu sendiri.
Metode
ini juga membahas bahasa sebagai bahasa.Ia mempelajarinya sebagaimana adanya
dan mempelajarinya pada apa yang tampak darinya. Seorang peneliti tidak boleh
mengubah karakteristik bahasa, sebagaimana ia tidak boleh membatasi bahasannya
pada satu aspek (permasalahan) bahasa saja karena menganggapnya baik. Ia juga
tidak boleh meninggalkan aspek lainnya hanya karena ia tidak menyukainya,
inilah yang disebut metode deskriptif-struktural.
Hubungan
para Linguis Arab dengan kajian bahasa di Barat pada abad modern merujuk pada
paruh kedua ke-19 M. Walaupun demikian, metode deskriptif struktural itu mulai
ditransfer ke dalam studi bahasa Arab pada paruh kedua abad ke-20 M, tepatnya
ketika Dr. Ibrahim Anis, linguis Arab pertama, berhasil menyelesaikan
pendidikan tingginya di Universitas London. Dia juga berhasil menerbitkan tiga
buku: al-Ashwat al-‘Arabiyah (Fonetik Bahasa Arab), Fii al-Lahajat
al-‘Arabiyah(Dialek Bahasa Arab) dan Dilaalah al-Alfazh (Semantik).
Kelompok
lain berasal dari para linguis Arab yang telah kembali ke negara masing-masing,
setelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas yang sama. Mereka lalu mengajar
di beberapa universitas di Mesir, sedangkan sebagian lainnya di Universitas
Arab lainnya.Lalu, para dosen bahasa Arab dan pelajar bahasa Arab lainnya,
dalam jumlah yang cukup banyak, belajar kepada mereka.Mereka inipun menerbitkan
buku-buku bahasa dalam jumlah yang cukup banyak, yang metode penyajian materi
ilmiahnya berbeda dengan pembaca Arab umumnya.Tetapi, pada umumnya semuanya
bersepakat pada satu hal yaitu mengkritisi metode para ahli nahwu dalam
meletakkan kaidah bahasa Arab. Mereka juga berusaha untuk mempraktikkan metode
deskriptif struktural terhadap bahasa arab.
Buku-buku tersebut menyatakan bahwa buku-buku nahwu Arab telah dipengaruhi oleh logika Aristoteles karena perhatian para penulisnya yang sangat khusus terhadap ta’lil, taqdir dan ta’wil.Mereka tidak memfokuskan perhatiannya pada penggunaan bahasa sebagaimana orang Arab dahulu.Mereka juga berani mengatakan dalam buku-buku tersebut bahwa sistem kaidah bahasa Arab tidak “dapat” membedakan antara tingkatan-tingkatan analisis bahasa (tahlil lughawi).Bahkan, bahasa Arab juga mencampur-adukkan antara fonetik, fonologi dan sintaksis (ashwat, shorof dan nahwu).Mereka juga mengatakan bahwa, tidak ada bahasa yang lebih utama daripada bahasa lainnya; dan tidak ada dialek yang lebih baik daripada dialek lainnya. Artinya, bahasa Arab itu sama dengan bahasa-bahasa lainnya.
Buku-buku tersebut menyatakan bahwa buku-buku nahwu Arab telah dipengaruhi oleh logika Aristoteles karena perhatian para penulisnya yang sangat khusus terhadap ta’lil, taqdir dan ta’wil.Mereka tidak memfokuskan perhatiannya pada penggunaan bahasa sebagaimana orang Arab dahulu.Mereka juga berani mengatakan dalam buku-buku tersebut bahwa sistem kaidah bahasa Arab tidak “dapat” membedakan antara tingkatan-tingkatan analisis bahasa (tahlil lughawi).Bahkan, bahasa Arab juga mencampur-adukkan antara fonetik, fonologi dan sintaksis (ashwat, shorof dan nahwu).Mereka juga mengatakan bahwa, tidak ada bahasa yang lebih utama daripada bahasa lainnya; dan tidak ada dialek yang lebih baik daripada dialek lainnya. Artinya, bahasa Arab itu sama dengan bahasa-bahasa lainnya.
Upaya
mempercayai dan menggunakan metode baru ini berdampak positif dalam rangka
mengungkap sisi-sisi ilmiah dan positif yang ada di dalam kitab-kitab warisan
klasik Arab, khususnya di bidang bahasa. Para linguis strukturis Arab telah
berhasil menampilkan kerangka pemikiran di bidang linguistik struktural dan
dapat memuaskan para ahli di bidang bahasa arab di sebagian besar universitas
Arab terhadap metode yang diadopsi ini, dan menjadikannya sebagai asas dalm
mengkaji bahasa, keberhasilan mereka itu hanyalah dalam aspek aplikasi, yakni
di bidang pengajaran bahasa Arab untuk orang Arab. Salah satu penyebabnya
adalah karena para linguis Arab modern belum menjatikan metode struktural
deskriptif ini sebagai metode untuk membuat paradigma baru bagi bahasa
Arab.Tetapi metode struktural deskriptif itu mereka jadikan hanya untuk
mengkritisi kitab-kitab nahwu dan shorof warisan intelektual Arab terdahulu.
Metode deskriptif yang digunakan sebatas teoritis dan tanpa aplikasi, khususnya di bidang pengajaran bahasa Arab.Para pengagum metode ini belum mampu membuat paradigma baru yang bisa diambil oleh pengajar dan penyusun buku pengajaran behasa Arab sebagai acuan dalam pengajaran bahasa.Mereka juga belum mampu membuat program yang dapat mencetak pengajar bahasa Arab yang mumpuni dari segi ilmu bahasa sehingga memiliki keahliannya untuk mengajarkan bahasa ini. Proses pengajaran bahasa Arab masih ditentukan oleh pengalaman masing-masing pribadi seseorang, tanpa didasari oleh asas-asas linguistik modern sebagaimana mestinya.
Metode deskriptif yang digunakan sebatas teoritis dan tanpa aplikasi, khususnya di bidang pengajaran bahasa Arab.Para pengagum metode ini belum mampu membuat paradigma baru yang bisa diambil oleh pengajar dan penyusun buku pengajaran behasa Arab sebagai acuan dalam pengajaran bahasa.Mereka juga belum mampu membuat program yang dapat mencetak pengajar bahasa Arab yang mumpuni dari segi ilmu bahasa sehingga memiliki keahliannya untuk mengajarkan bahasa ini. Proses pengajaran bahasa Arab masih ditentukan oleh pengalaman masing-masing pribadi seseorang, tanpa didasari oleh asas-asas linguistik modern sebagaimana mestinya.
Aliran
struktural tersebut sangat populer dan berkembang hingga akhir tahun kelima
abad ke-20 M. Lalu muncul pakar bahasa dari Amerika Serikat, Noam Chomsky yang
mengumumkan teori generatif transformasinya .Teori ini merupakan revolusi
terhadap aliran struktural. Dalam teori ini, Chomsky mampu membuktikan bahwa
deskripsi bahasa manapun-yang sesuai dengan konsep analisis struktur
lahir-merupakan hal yang sangat rumit, atau setidak-tidaknya ia tidak cukup
menafsirkan semua kalimat yang shahih dalam suatu bahasa dengan sempurna.
Deskripsi ini menurut pandangannya, hanya berinteraksi dengan struktur lahir
bahasa dan tidak memperhatikan aspek struktur batinnya. Atas dasar ini, ilmu
Nahwu (sintaksis) menurut Chomsky bukanlah studi kumpulan contoh-contoh kalimat
dalam suatu bahasa, tetapi ia hanyalah sebuah sistem yang ada di dalam akal si
penutur bahasa, yang diperolehnya sejak usia anak-anak. Fungsi teori bahasa
atau bahasa adalah mengetahui sistem ini.Sistem tersebut diistilahkan dengan
competence (kemampuan).
Chomsky
menolak analisis bahasa dibatasi pada tataran fonologi dan morfologi yang hanya
berdasarkan struktur lahir.Ia beranggapan bahwa cara analisis seperti itu
merupakan interaksi dengan permukaaan bahasa (struktur lahir), tanpa struktur
batinnya. Ia berusaha mempertahankan teorinya ini dengan mengatakan bahwa
bahasa adalah aktivitas akal. Bahasa pulalah yang membedakan antara manusia dan
hewan.[12]
Nahwu
(sintaksis) menurut Chomsky dan para pengikutnya dari aliran transformasi
adalah kaidah yang berdasarkan pada hubungan antara struktur batin –struktur
dalam- dengan struktur lahir, seperti yang terwujud dalam bentuk tuturan
(kalaam).Sebaliknya, struktur dalam atau batin terwujud dalam bentuk aktivitas
akal atau pengetahuan tentang tata bahasaannya.Dalam hal ini, mempelajari
struktur kalimat memerlukan pemahaman terhadap hubungan-hubungan yang ada di
dalamnya, bukan dari aspek fungsi dan bentuk tataran susunan kalimat itu;
melainkan dari aspek hubungn pemikiran dan pengetahuan (tashawuriyah idrakiyah)
yang di dalamnya akal manusia sangat berperan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا
لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.”
Orang Arab sejak lahir telah berada
di lingkungan yang keseluruhan perkataaannya menggunakan bahasa arab. Sehingga
awal mereka memperoleh bahasa arab adalah dari lingkungannya bukan dari
pembelajaran.
Hal ini mengingatkan kita akan teori
Chomsky yang mengatakan bahwa “bahasa diperoleh secara fitrah (bawaan lahir)”,
sehingga dalam teori generatif transformatif Chomsky sangat menaruh perhatian
pada kaidah yang diistilahkan dengan “sistem yang ada dalam akal penutur bahasa
yang berbentuk batin, yang diperolehnya semasa kecil”. Berdasarkan pemahamannya
terhadap kaidah-kaidah itu, setiap penutur bahasa tertentu -dengan bahasa ini-
akan mampu memahami kalimat atau susunan kata dengan mudah, sekalipun ia belum
pernah mendengarnya atau menggunakannya. Chomsky menamakan pengetahuan batin
ini dengan kaidah bahasa kifayah lughawiyah (competence).Kaidah-kaidah yang
sangat Chomsky perhatikan ini mencakup atas ashwat (fonetik, fonologi), shorof
(morflogi), nahwu (sintaksis) dan ma’ani (makna-makna).
DAFTAR PUSTAKA
-
Abdurrohman,
Maman. 2009. Pengembangan
Ajar Bahasa Arab Terpadu.
Depdiknas.
-
Ainin, M dkk.
2006. Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Myskat.
-
Arsyad, Azhar.
2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Pustaka Pelajar.
-
Aziz, Abdul bin Ibrahim el-Ushaili,
2009, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora.
-
Hermawan, Acep.
2011. Metodologi
pembelajaran bahasa Arab.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
-
Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media
Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:
UIN Malang Press.
-
Yusuf. 1997. Tasmim Manhaj Li Ta’limi Al Lugoh
Arobiyah. Kairo: Dar Al Saqofah.
-
Zainudin, Radliah. 2005. Pembelajaran
Bahasa Arab. Pustaka Rihlah Group.
-
http ://id. Shvoong.com, Pengertian Pembelajaran Bahasa
Arab.Diakses pada tanggal 30 Maret 2012.
Pertanyaan-pertanyaan :
1.
Bagaimana sikap kita ketika kita berbicara dengan penutur asli arab
kemudian kita menemukan beberapa kata-kata yang pengucapannya tidak sama dengan
apa yang telah kita pelajari ? dari saudari fatiyah
2.
Penutur asli arab telah memiliki kemampuan berbahasa arab secara
alami artinya tanpa belajar pun mereka telah mengetahui kaidah-kaidah bahasa
arab didalam batin mereka, lalu apakah sebenarnya tujuan pembelajaran bahasa
arab bagi orang arab ? dari saudara zaky.
[1]Acep hermawan.Metodologi pembelajaran bahasa Arab.
(bandung:Rosda.2011). hal.32
[2] Abdul Wahab Rosyidi,Media
Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN MALANG PRESS, 2009) hal 16
[3]http ://id. Shvoong.com, Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab.Diakses
pada tanggal 30 Maret 2012.
[5] Azhar Arsyad,Bahasa Arab dan
Metode Pengajarannya,( Pustaka Pelajar 2003) hal 7
[7] Maman Abdurohman, Pengembangan
Ajar Bahasa Arab Terpadu (Depdiknas,2009), hal 20
[8] Radliah Zainudin , Pembelajaran Bahasa Arab, (Pustaka
Rihlah Group,2005), hal 81
[9]M Ainin dkk, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab,(Myskat:2006),
hal 144
[10] acep hermawan, metodologi pembelajaran bahsa arab, pt remaja rosda
karya, 2011, bandung.hal 29-33
[11] Abdul Aziz bin Ibrahim el-Ushaili, Psikolingistik Pembelajaran
Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009)
[12]Ibid..,
2 comments:
Kami CV Bahagia sukses makmur bergerak dibidang kontraktor partisi r8. Menjual dan menyewakan berbagai kebutuhan partisi r8 seperti stand r8, stand pameran, panel photo, backdrop, fitting room, ticket box, meja r8, gate, flooring, material partisi r8 seperti beam, post, partisi laminasi/triplek laminasi, klik, kunci L, dll.
Salah satunya kami menjual dan menyewakan fitting room atau bilik vaksinasi yang biasanya digunakan untuk ruang MCU, ruang vaksinasi, dll Tersedia ukuran 2x2, 2x3, 3x3, 3x4, 3x5, dsb. dengan tinggi 2,5m. Tersedia menggunakan pintu slide dan pintu gorden.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi :
Telp/WA : 0811 1252 0806
Office : Ruko Cendana Raya No.15A Bencongan Indah Karawaci Tangerang
https://partisijakarta2002.blogspot.com/
kami menyediakan banyak alat Safety atau sering di sebut Alat Keselamatan kerja untuk para pekerja Proyek, pertambangan atau pembangunan.
Alat Safety sendiri sangat penting dan wajib di gunakan oleh para pekerja, berikut beberapa daftar alat safety yang kami sediakan yaitu:
-Helm atau pelindung kepala
-masker
-safety belt
-sarung tangan
-rompi
-wearpack
-sepatu safety
-pelindung telinga dan masih banyak lagi
untuk lebih detailnya bisa hubungi lewat nomor kami di 081112300319 / 081977000899
#peralatansafety #perlengkapanSafety #rompiproyek #bajusecurity #wearpack #sarungtangan #pelindungkepala #pelindungteling #alatsafetylengkap #perlengkapanK3 #perlengkapanpekerjaSipil
Kunjungi juga Website kami di:
https://juragansafety.blogspot.com/
https://id.pinterest.com/jsafety26/_saved/
https://www.instagram.com/juragansafety26/
https://www.facebook.com/profile.php?id=100071425298180
https://twitter.com/juragan_safety
Post a Comment