' Nuqy Nuqy: Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab

Friday, December 27, 2013

Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab



A.    Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non-Arab
Pengertian pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa siswa kearah tujuan, lebih dari itu siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
Jadi pembelajaran bahasa arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa arab dan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.[1]
Setelah belajar bahasa pertama atau bahasa ibu ada juga belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini disebut “bahasa kedua” (al-lughah al-tsaniyah / second language) dan “bahasa asing” (al-lughah al-ajnabiyah / foreign language). Bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang digunakan setelah bahasa ibu. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang digunakan oleh orang “asing” yaitu di luar lingkungan masyarakat atau bangsa.
Dalam pembelajaran guru yang baik adalah pada umumnya selalu berusaha untuk menggunakan metode mengajar yang paling efektif, dan memakai alat / media yang terbaik tak terkecuali guru bahasa asing. Dari pengalaman yang diketahui bahwa belajar selain bahasa pertama adalah sukar, apalagi belajar bahasa asing karena pemerolehan bahasa ini bukan terjadi secara alamiyah, tetapi terjadi dengan paksaan yang membuat para pelajar harus berada pada nuansa baru dalam berbagai aspeknya yang belum pernah ia peroleh di dalam bahasa pertama. Dalam pembelajaran bahasa asing melibatkan sekurang-kurangnya tiga disiplin ilmu yaitu (a) linguistic, (b) psikologi, dan (c) ilmu pendidikan. Linguistic memberi informasi kepada kita mengenai bahasa secara umum dan mengenai bahasa-bahasa tertentu. Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu, dan ilmu pendidikan atau Pedagogi memungkinkan kita untuk meramu semua keterangan dari (a) dan (b) menjadi satu cara atau metode yang sesuai untuk dipakai di kelas untuk memudahkan proses pembelajaran bahasa oleh pelajar.[2]

B.     Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non-Arab
Tujuan pendidikan bahasa Arab bisa diketahui melalui tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran bahasa secara teoritis berarti tujuan menumbuhkan kemampuan berbahasa Arab. Dengan pembelajaran bahasa secara terus menerus dapat diperoleh keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dengan ungkapan lain dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa (Asing) adalah diperolehnya kemampuan menggunakan bahasa (Asing) baik secara pasif atau pun aktif. Penguasaan bahasa Arab secara aktif atau pasif pada dasarnya adalah cara pandang terhadap pemakaian bahasa. Ketika berperan sebagai pendengar berarti sedang bersikap pasif dalam arti menerima pemahaman, meskipun cara mendengar dan memahaminya itu dengan aktif. Seseorang yang sudah dapat menggunakan suatu bahasa dengan berbicara berarti sudah menguasai bahasa dengan aktif. Karena itu pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa adalah agar bahasa dapat dikuasai dengan mempergunakannya secara aktif.[3]
Selanjutnya dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1.      Bagi pihak pendidik adalah agar dapat menjadikan bahasa Arab mudah dikuasai oleh para pelajar.
2.      Bagi pihak pelajar adalah agar dapat menguasai bahasa Arab.
3.      Tujuan agama, yaitu untuk mengkaji dan memperdalam ajaran islam dari sumber-sumber yang berbahasa Arab, seperti Al- Qur’an, al- Hadits, dan kitab-kitab.
4.      Tujuan bisnis.
5.      Tujuan diplomatik.
6.      Tujuan haji.
Ada beberapa alasan mendasar mengapa orang Islam mempelajari bahasa Arab karena sebagai bahasa agama, diantaranya:
1.      Bahasa Arab sebagai bahasa ibadah, ritual keagamaan seperti shalat, dzikir, doa-doa, dan lain-lainnya dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab.
2.      Dengan menguasai bahasa Arab, maka akan dapat memahami al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw. Di mana keduanya adalah merupakan sumber pokok ajaran dan hukum Islam.
3.      Dengan menguasai bahasa Arab, maka wawasan kajian Islam akan berkembang karena dapat mengkaji Islam dari kitab-kitab klasik yang kaya dengan kajian Islam.[4]

C.    Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab
Strategi pembelajaran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-langkah, serta sarana yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam proses pembelajaran di dalam kelas guna  merealisasikan tujuan.
Berikut ini penjelasan seputar strategi pembelajaran bahasa Arab yang meliputi:
1.      Strategi Pembelajaran Mufrodat (kosakata)
Para ahli pembelajaran sepakat bahwa pembelajaran mufrodat adalah penting yang merupakan tuntutan dan syarat dasar dalam pembelajaran bahasa asing. Siswa dikatakan mampu menguasai mufrodat jika siswa disamping bisa menerjemahkan bentuk-bentuk mufrodat juga mampu menggunakannya dalam jumlah (kalimat) dengan benar.[5] Dalam pembelajaran ini, guru harus berpegangan pada prinsip-prinsip dalam pemilihan mufrodat yang akan diajarkan kepada pembelajar asing (selain penutur Arab) sebagai berikut:
a)      Tawatur (Frequency), artinya memilih mufrodat yang sering digunakan.
b)      Tawazzu’ (Range), artinya memilih mufrodat yang banyak digunakan di negara-negara Arab.
c)      Mataahiyah (Avalability), artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula
d)     Ulfah (Familiarity), artinya memilih kata-kata yang familier dan meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar penggunaannya.
e)      Syumuul (Coverege), artinya memilih kata-kata yang dapat digunakan dalam berbagai bidang tidak terbatas pada bidang tertentu
f)       Ahammiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaannya oleh siswa
g)      ‘Uruubah, artinya memilih kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab walaupun ada bandingannya dalam bahasa lain

2.      Strategi Pembelajaran Nahwu (tata bahasa)
Kaidah-kaidah nahwu lahir karena adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu, sesungguhnya nahwu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk ucapan.
Ada dua model pembelajaran nahwu yang dikenal dengan metode qiyasi dan metode istiqroiy. Metode qiyasi ini dengan menyajikan kaidah-kaidah dulu kemudian contoh-contoh, adapun metode istiqroiy (induktif) adalah pengajaran dimulai dengan menampilkan contoh-contoh kemudian disimpulkan menjadi kaidah-kaidah nahwu.

3.      Strategi Pembelajaran Istima' (mendengar)
Istima’ mempunyai peranan penting sebagai sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama dalam tahapan-tahapan kehidupannya.[6] Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran istima’ adalah sebagai berikut:
a)      Guru menjelaskan pada siswa, diharapkan guru bisa meminimalisir kesulitan siswa dalam memahami teks istima’ dengan cara yang mudah diterima.
b)      Siswa mendiskusikan materi yang telah dibacakan dan diakhiri dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan yang dimaksud
c)      Menyuruh siswa untuk membuat ringkasan materi yang telah diterima dan menyampaikan ringkasan tersebut secara lisan dihadapan teman-teman di kelas
d)     Mengevaluasi pencapaian siswa dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam  serta dekat dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga bisa dipakai untuk mengukur tingkat kemajuan siswa
4.      Strategi Pembelajaran Kalam (bicara)
Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa pentunjuk umum berkenaan dengan pembelajaran kalam, yaitu sebagai berikut:
a)         Belajar kalam yakni berlatih berbicara
b)        Hendaknya siswa mengungkapkan tentang pengalaman mereka
c)         Melatih memusatkan perhatian
d)        Tidak memutus percakapan dan sering membenarkan
e)         Bertahap
f)         Kebermaknaan tema, siswa akan lebih termotivasi untuk berbicara jika temanya berhubungan dengan hal yang bernilai dalam kehidupan mereka
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran kalam adalah sebagai berikut:[7]
a)      Pebelajar pemula
1.      Guru memulai dengan memeberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengharuskan siswa menjawab
2.      Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan isi pikirannya.
3.      Kemudian guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna
4.      Guru bisa menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyah, menghafal percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca
b)      Pebelajar lanjut
1.      Guru melatih siswa dengan untuk berbicara dengan bermain peran
2.      Guru mengajak siswa untuk berdiskusi dengan tema-tema yang menarik yang sudah ditentukan (dimungkinkan tema-tema diskusi disepakati bersama)
3.      Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bercerita tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya atau yang pernah dialami
c)      Pebelajar tingkat atas
1.      Guru memilih beberapa tema untuk berlatih kalam
2.      Sebaiknya tema yang dipilih sangat menarik siswa atau yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan siswa
3.      Dalam memilih tema sebaiknya jelas dan terbatas

5.      Strategi Pembelajaran Qiro’ah (membaca)
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata, akan tetapi sebuah keterampilan yang melibatkan berbagai kerja, akal dan pikiran.[8]
Qiro’ah dilihat dari kegiataannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a)      Qiro’ah jahriyah, ini sangat penting pada pembelajaran tingkat pertama, karena macam qiro’ah ini memberi kesempatan besar untuk melatih mengucapkan dengan benar, dengan mencocokkan antara membunyikan suara dengan rumus tulisannya. Qiro’ah sebaiknya tuntas pada tingkat awal dari proses pembelajaran.
b)      Qiro’ah shaamitah, dilakukan oleh mata dan pikiran. Pada waktu mata melihat tulisan, pikiran berusaha memahami arti serta pesannya. Qiro’ah shaamitah ini merupakan keterampilan bahasa yang sangat penting yang seharusnya diperoleh oleh pembelajar bahasa. Karena dengan keterampilan ini siswa dengan mudah dapat menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuannya dalam memahami teks.
6.      Strategi Pembelajaran Kitabah (menulis)
Menulis merupakan salah satu sarana berkomunikasi dengan bahasa antara orang dengan orang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.[9] Dalam pembelajaran menulis, proses pembelajarannya bisa dengan beberapa tingkatan yaitu:
a)      Pembalajaran Imla’
1) Imla’ manqul, tingkat ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf, dan kata bahasa Arab
2) Imla’ mandhur, tingkat imla’ ini guru banyak memberikan latihan-latihan pada siswa.
3) Imla’ ikhtibary, bertujuan untuk memperkuat hubungan antara suara dan rumus yang telah dipelajari siswa ketika membaca dan mengevaluasi perkembangan dan kemajuan ingatan terhadap yang didengar siswa
b)      Pembelajaran Ta’bir
1)Ta’bir Muwajjah (terbimbing)
Pada tingkatan ini siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata, tarkib, dan bentuk-bentuk kebahasaan dalam latihan menulis tetapi tidak diperbolehkan menulis ta’bir di atas tingkat kebahasaannya.
Siswa mulai menulis satu atau dua paragraf seputar apa yang mereka telah dengar dan mereka baca.
2)Ta’bir Huur (menulis bebas)
Pada tingkat ini siswa diberi kebebasan dalam memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, menggunakan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, M., Afifuddin. 2010. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iI.  Surabaya: Dar al-Ulum al-Lughawiyah
Hermawan, Acep. 2011.  Metodologi pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Rosda
Rosyidi, Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN MALANG PRESS
Wumjy, Abduh. 1995. Ilmu Lughoh at-Tathbiqy. Iskandariyah: Dar al- ma’rifat
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.  1995. Sosiolinguistik Pengenalan Awal.  Jakarta: Rineka Karya
Chaer, Abdul. 1995.  Sosiolinguistik Suatu Pengantar.  Jakarta: Rineka Cipta
Mustofa, Bisri dan Abdul Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:  UIN Maliki Press
Divafz. “Makalah Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab” artikel diakses pada 22 Juni 2013 dari http://divafz.wordpress.com/2009/12/24/makalah-pembelajaran-bahasa- arab-bagi-non-arab.html





[1]Abduh wumjy.  Ilmu Lughah at-Tatbiqy, (Iskandariyah: Dar al-Ma’rifat, 1995), hal. 18
[2] Ibid. Hal 22
[3] Dimyati, M., Afifuddin. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iy. (Surabaya: Dar al-Ulum al-Lughawiyah, 2010), hal. 29
[4] Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 5-8
[5] Chaer, Abdul. Sosiolinguistik Suatu Pengantar . (Jakarta: rineka Cipta, 1995). hal.32
[6]Makalah Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab” artikel diakses pada 22 Juni 2013 dari http://divafz.wordpress.com/2009/12/24/makalah-pembelajaran-bahasa- arab-bagi-non-arab.html
[7] Abd. Wahab Rasyidi dan mamluatul ni’ma. Memehami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab.  (Malang: UIN Maliki Press, 2011 ),hal.  71-72
[8]Abdul Wahab Rosyidi,Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN MALANG PRESS, 2009) hal 16
[9] Acep hermawan. Metodologi pembelajaran bahasa Arab. (bandung:Rosda.2011). hal.41

0 comments: