A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non-Arab
Pengertian
pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar yang mana
guru bertindak sebagai fasilitator untuk pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran
terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah
aktivitas yang membawa siswa kearah tujuan, lebih dari itu siswa dapat
melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan
belajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
Jadi pembelajaran bahasa
arab dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa
arab dan guru sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk
memperoleh tujuan yang ingin dicapai.[1]
Setelah
belajar bahasa pertama atau bahasa ibu ada juga belajar bahasa yang bukan
bahasa pertama ini disebut “bahasa kedua” (al-lughah al-tsaniyah / second
language) dan “bahasa asing” (al-lughah al-ajnabiyah / foreign language).
Bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan di masyarakat luas, atau bahasa yang
digunakan setelah bahasa ibu. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang
digunakan oleh orang “asing” yaitu di luar lingkungan masyarakat atau bangsa.
Dalam
pembelajaran guru yang baik adalah pada umumnya selalu berusaha untuk
menggunakan metode mengajar yang paling efektif, dan memakai alat / media yang
terbaik tak terkecuali guru bahasa asing. Dari pengalaman yang diketahui bahwa
belajar selain bahasa pertama adalah sukar, apalagi belajar bahasa asing karena
pemerolehan bahasa ini bukan terjadi secara alamiyah, tetapi terjadi dengan
paksaan yang membuat para pelajar harus berada pada nuansa baru dalam berbagai
aspeknya yang belum pernah ia peroleh di dalam bahasa pertama. Dalam pembelajaran
bahasa asing melibatkan sekurang-kurangnya tiga disiplin ilmu yaitu (a)
linguistic, (b) psikologi, dan (c) ilmu pendidikan. Linguistic memberi
informasi kepada kita mengenai bahasa secara umum dan mengenai bahasa-bahasa
tertentu. Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu, dan ilmu
pendidikan atau Pedagogi memungkinkan kita untuk meramu semua keterangan dari
(a) dan (b) menjadi satu cara atau metode yang sesuai untuk dipakai di kelas
untuk memudahkan proses pembelajaran bahasa oleh pelajar.[2]
B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non-Arab
Tujuan
pendidikan bahasa Arab bisa diketahui melalui tujuan pembelajarannya. Tujuan
pembelajaran bahasa secara teoritis berarti tujuan menumbuhkan kemampuan
berbahasa Arab. Dengan pembelajaran bahasa secara terus menerus dapat diperoleh
keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dengan
ungkapan lain dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa (Asing) adalah
diperolehnya kemampuan menggunakan bahasa (Asing) baik secara pasif atau pun aktif.
Penguasaan bahasa Arab secara aktif atau pasif pada dasarnya adalah cara
pandang terhadap pemakaian bahasa. Ketika berperan sebagai pendengar berarti
sedang bersikap pasif dalam arti menerima pemahaman, meskipun cara mendengar
dan memahaminya itu dengan aktif. Seseorang yang sudah dapat menggunakan suatu
bahasa dengan berbicara berarti sudah menguasai bahasa dengan aktif. Karena itu
pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa adalah agar bahasa dapat dikuasai
dengan mempergunakannya secara aktif.[3]
Selanjutnya
dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Bagi
pihak pendidik adalah agar dapat menjadikan bahasa Arab mudah dikuasai oleh
para pelajar.
2. Bagi
pihak pelajar adalah agar dapat menguasai bahasa Arab.
3. Tujuan
agama, yaitu untuk mengkaji dan memperdalam ajaran islam dari sumber-sumber
yang berbahasa Arab, seperti Al- Qur’an, al- Hadits, dan kitab-kitab.
4. Tujuan
bisnis.
5. Tujuan
diplomatik.
6. Tujuan
haji.
Ada beberapa alasan mendasar mengapa orang Islam
mempelajari bahasa Arab karena sebagai bahasa agama, diantaranya:
1. Bahasa
Arab sebagai bahasa ibadah, ritual keagamaan seperti shalat, dzikir, doa-doa,
dan lain-lainnya dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab.
2. Dengan
menguasai bahasa Arab, maka akan dapat memahami al-Qur’an dan Hadits Nabi Saw.
Di mana keduanya adalah merupakan sumber pokok ajaran dan hukum Islam.
3. Dengan
menguasai bahasa Arab, maka wawasan kajian Islam akan berkembang karena dapat
mengkaji Islam dari kitab-kitab klasik yang kaya dengan kajian Islam.[4]
C. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab
Strategi
pembelajaran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-langkah, serta sarana
yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai
penutupan dalam proses pembelajaran di dalam kelas guna merealisasikan tujuan.
Berikut
ini penjelasan seputar strategi pembelajaran bahasa Arab yang meliputi:
1. Strategi
Pembelajaran Mufrodat (kosakata)
Para
ahli pembelajaran sepakat bahwa pembelajaran mufrodat adalah penting
yang merupakan tuntutan dan syarat dasar dalam pembelajaran bahasa asing. Siswa
dikatakan mampu menguasai mufrodat jika siswa disamping bisa
menerjemahkan bentuk-bentuk mufrodat juga mampu menggunakannya dalam jumlah
(kalimat) dengan benar.[5]
Dalam pembelajaran ini, guru harus berpegangan pada prinsip-prinsip dalam
pemilihan mufrodat yang akan diajarkan kepada pembelajar asing (selain
penutur Arab) sebagai berikut:
a) Tawatur (Frequency),
artinya memilih mufrodat yang sering digunakan.
b) Tawazzu’ (Range),
artinya memilih mufrodat yang banyak digunakan di negara-negara Arab.
c) Mataahiyah (Avalability),
artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula
d) Ulfah (Familiarity),
artinya memilih kata-kata yang familier dan meninggalkan kata-kata yang jarang
terdengar penggunaannya.
e) Syumuul (Coverege),
artinya memilih kata-kata yang dapat digunakan dalam berbagai bidang tidak
terbatas pada bidang tertentu
f) Ahammiyah, artinya memilih
kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaannya oleh siswa
g) ‘Uruubah, artinya memilih
kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab walaupun ada bandingannya dalam bahasa
lain
2. Strategi
Pembelajaran Nahwu (tata bahasa)
Kaidah-kaidah nahwu lahir karena
adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu,
sesungguhnya nahwu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan
ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk
tulisan maupun dalam bentuk ucapan.
Ada
dua model pembelajaran nahwu yang dikenal dengan metode qiyasi
dan metode istiqroiy. Metode qiyasi ini dengan menyajikan
kaidah-kaidah dulu kemudian contoh-contoh, adapun metode istiqroiy
(induktif) adalah pengajaran dimulai dengan menampilkan contoh-contoh kemudian
disimpulkan menjadi kaidah-kaidah nahwu.
3. Strategi
Pembelajaran Istima' (mendengar)
Istima’
mempunyai peranan penting sebagai sarana pertama yang digunakan manusia untuk
berhubungan dengan sesama dalam tahapan-tahapan kehidupannya.[6]
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran istima’
adalah sebagai berikut:
a) Guru
menjelaskan pada siswa, diharapkan guru bisa meminimalisir kesulitan siswa
dalam memahami teks istima’ dengan cara yang mudah diterima.
b) Siswa
mendiskusikan materi yang telah dibacakan dan diakhiri dengan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan yang dimaksud
c) Menyuruh
siswa untuk membuat ringkasan materi yang telah diterima dan menyampaikan
ringkasan tersebut secara lisan dihadapan teman-teman di kelas
d) Mengevaluasi
pencapaian siswa dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara
mendalam serta dekat dengan tujuan yang
hendak dicapai sehingga bisa dipakai untuk mengukur tingkat kemajuan siswa
4. Strategi
Pembelajaran Kalam (bicara)
Berbicara
dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari
beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa pentunjuk umum berkenaan dengan
pembelajaran kalam, yaitu sebagai berikut:
a)
Belajar kalam
yakni berlatih berbicara
b)
Hendaknya siswa
mengungkapkan tentang pengalaman mereka
c)
Melatih
memusatkan perhatian
d)
Tidak memutus
percakapan dan sering membenarkan
e)
Bertahap
f)
Kebermaknaan
tema, siswa akan lebih termotivasi untuk berbicara jika temanya berhubungan
dengan hal yang bernilai dalam kehidupan mereka
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan guru
dalam proses pembelajaran kalam adalah sebagai berikut:[7]
a) Pebelajar
pemula
1. Guru
memulai dengan memeberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengharuskan siswa
menjawab
2. Pada
saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun
kalimat dan mengungkapkan isi pikirannya.
3. Kemudian
guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga
berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna
4. Guru
bisa menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyah, menghafal
percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang
telah siswa baca
b) Pebelajar
lanjut
1. Guru
melatih siswa dengan untuk berbicara dengan bermain peran
2. Guru
mengajak siswa untuk berdiskusi dengan tema-tema yang menarik yang sudah
ditentukan (dimungkinkan tema-tema diskusi disepakati bersama)
3. Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk bercerita tentang peristiwa yang terjadi
pada dirinya atau yang pernah dialami
c) Pebelajar
tingkat atas
1. Guru
memilih beberapa tema untuk berlatih kalam
2. Sebaiknya
tema yang dipilih sangat menarik siswa atau yang berhubungan dengan pengalaman
kehidupan siswa
3. Dalam
memilih tema sebaiknya jelas dan terbatas
5. Strategi
Pembelajaran Qiro’ah (membaca)
Membaca
adalah salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak
sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata, akan tetapi sebuah keterampilan
yang melibatkan berbagai kerja, akal dan pikiran.[8]
Qiro’ah
dilihat dari kegiataannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Qiro’ah jahriyah, ini sangat
penting pada pembelajaran tingkat pertama, karena macam qiro’ah ini
memberi kesempatan besar untuk melatih mengucapkan dengan benar, dengan
mencocokkan antara membunyikan suara dengan rumus tulisannya. Qiro’ah
sebaiknya tuntas pada tingkat awal dari proses pembelajaran.
b) Qiro’ah shaamitah, dilakukan oleh
mata dan pikiran. Pada waktu mata melihat tulisan, pikiran berusaha memahami
arti serta pesannya. Qiro’ah shaamitah ini merupakan keterampilan bahasa
yang sangat penting yang seharusnya diperoleh oleh pembelajar bahasa. Karena
dengan keterampilan ini siswa dengan mudah dapat menambah pengetahuan serta
mengembangkan kemampuannya dalam memahami teks.
6. Strategi
Pembelajaran Kitabah (menulis)
Menulis
merupakan salah satu sarana berkomunikasi dengan bahasa antara orang dengan
orang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.[9]
Dalam pembelajaran menulis, proses pembelajarannya bisa dengan beberapa
tingkatan yaitu:
a) Pembalajaran
Imla’
1)
Imla’ manqul,
tingkat ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf,
dan kata bahasa Arab
2)
Imla’ mandhur,
tingkat imla’ ini guru banyak memberikan latihan-latihan pada siswa.
3)
Imla’ ikhtibary,
bertujuan untuk memperkuat hubungan antara suara dan rumus yang telah
dipelajari siswa ketika membaca dan mengevaluasi perkembangan dan kemajuan
ingatan terhadap yang didengar siswa
b) Pembelajaran
Ta’bir
1)Ta’bir
Muwajjah (terbimbing)
Pada tingkatan ini
siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata, tarkib, dan
bentuk-bentuk kebahasaan dalam latihan menulis tetapi tidak diperbolehkan
menulis ta’bir di atas tingkat kebahasaannya.
Siswa mulai menulis
satu atau dua paragraf seputar apa yang mereka telah dengar dan mereka baca.
2)Ta’bir
Huur (menulis bebas)
Pada tingkat ini siswa diberi
kebebasan dalam memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, menggunakan mufradat
atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari
bimbingan dan bantuan guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati,
M., Afifuddin. 2010. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iI. Surabaya: Dar al-Ulum al-Lughawiyah
Hermawan,
Acep. 2011. Metodologi pembelajaran
Bahasa Arab. Bandung: Rosda
Rosyidi,
Abdul Wahab. 2009. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN MALANG
PRESS
Wumjy,
Abduh. 1995. Ilmu Lughoh at-Tathbiqy. Iskandariyah: Dar al- ma’rifat
Chaer, Abdul dan
Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik
Pengenalan Awal. Jakarta: Rineka
Karya
Chaer, Abdul.
1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Mustofa,
Bisri dan Abdul Hamid. 2012. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab.
Malang: UIN Maliki Press
Divafz.
“Makalah Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab” artikel diakses pada 22
Juni 2013 dari
http://divafz.wordpress.com/2009/12/24/makalah-pembelajaran-bahasa-
arab-bagi-non-arab.html
[1]Abduh
wumjy. Ilmu Lughah at-Tatbiqy,
(Iskandariyah: Dar al-Ma’rifat, 1995), hal. 18
[2] Ibid.
Hal 22
[3] Dimyati, M., Afifuddin. Muhadharah Fi Ilm Lughah Ijtima’iy. (Surabaya:
Dar al-Ulum al-Lughawiyah, 2010), hal. 29
[4] Bisri Mustofa
dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
UIN Maliki Press, 2012), h. 5-8
[5]
Chaer, Abdul.
Sosiolinguistik Suatu Pengantar . (Jakarta: rineka Cipta, 1995). hal.32
[6]“Makalah Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab” artikel
diakses pada 22 Juni 2013 dari
http://divafz.wordpress.com/2009/12/24/makalah-pembelajaran-bahasa-
arab-bagi-non-arab.html
[7] Abd. Wahab
Rasyidi dan mamluatul ni’ma. Memehami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa
Arab. (Malang: UIN Maliki Press,
2011 ),hal. 71-72
[8]Abdul
Wahab Rosyidi,Media Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: UIN MALANG PRESS, 2009) hal 16
[9] Acep hermawan.
Metodologi pembelajaran bahasa Arab. (bandung:Rosda.2011). hal.41
0 comments:
Post a Comment