BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolahan (Management) kelas merupakan
keterampilan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan
kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efisien .[1]
Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.[2]
pengelolaan
kelas bisa juga diartikan sebagai kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar yang didalamnya mencakup pengaturan siswa dan fasilitas.
Sedangkan,
kelas itu sendiri mempunyai pengertian yaitu sebuah ruangan sebagai tempat
berkumpulnya siswa untuk mengikuti dan menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar yang kreatif. Kelas bukanlah semata-mata suatu ruangan tempat belajar
mengajar antara guru dengan murid, serta bukan hanya suatu bangunan fisik yang
terdiri peralatan belajar mengajar. Tetapi lebih dari itu, kelas merupakan
suatu organisasi kecil yang unik dalam pendidikan.[3]
Dalam pembelajaran di kelas, bahwasannya peranan
guru sangat menentukan kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara siswanya
dalam kelas. Guru yang setiap hari bergaul dengan murid-muridnya mengemban
tugas sebagai pendidik yang berkewajiban membantu pertumbuhan dan pengembangan
murid dalam mewujudkan kedewasa’annya masing-masing.
B.
Prosedur Pengelolaan Kelas
Prosedur pengelolaan
kelas merupakan serangkaian langkah kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan
agar tercipta kondisi kelas yang optimal serta mempertahankan kondisi optimal
tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Istilah prosedur itu seendiri mengandung arti sebagai suatu cara atau
kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola
kerja yang tetap yang telah dientukan. Sedangkan menurut Ismail Masya, yaitu
suatu rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan
menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berulang-ulang.[4]
Dalam pengelolaan kelas harus dilaksanakan dengan prosedur tertentu, yang
mana prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru dalam kegiatan belajar
mengajar, paling tidak akan mengarahkan proses pengelolaan kelas yang lebih
terarah dan teratur. Untuk itu terdapat dua prosedur pengelola’an kelas, yaitu
prosedur bersifat Preventif (pencegahan), dan prosedur yang bersifat Kuratif
(penyembuhan).[5]
1. Prosedur Preventif (pencegahan)
Merupakan
mencegah suatu tindakan sebelum adanya penyimpangan khususnya didalam kelas
agar tidak mengganggu proses belajar mengajar.[6]
Prosedurnya antara lain:
a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru, sehingga guru dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar
dalam melaksanakan tugasnya.
b. Peningkatan kesadaran pada siswa, sehingga siswa dapat
meningkatkan kesadaran serta dapat menghindarkan diri peserta didik dari sikap
yang tidak terpuji, seperti sikap malas, sikap mudah putus asa, mudah ,marah,
mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Selain itu,
guru juga sebaiknya memperhatikan kebutuhan, keinginan dan memberikan dorongan
pada siswanya, menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan
rasa keterbukaan antara guru dan siswa.
c. Sikap polos dan tulus dari guru, sehingga guru dapat
mempengaruhi lingkungan belajar siswa. Karena tingkah laku, cara menyikapi dan
tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh para siswa.
d. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan. Sebaiknya guru
dapat mengidentifikasi tingkah laku siswa yang menyimpang baik bersifat
individual maupun kelompok, atau bahkan penyimpangan yang disengaja. Dan juga
guru sebaiknya belajar dari berbagai pengalaman guru-guru lainnya yang gagal
ataupu yang berhasil, untuk mencari
alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai persoalan pengelolaan
kelas.
e. Menciptakan kontrak sosial. Yaitu sebuah daftar aturan atau
kontrak, tata tertib beserta sanksinya yang mengatur kehidupan di kelas yang
mana harus disetujui oleh guru dan siswa.[7]
2.
Prosedur Kuratif (Penyembuhan)
a.
Mengidentifikasi masalah, gunanya
untuk mengenal dan mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas.
b. Menganalisis masalah, guru menganalisis penyimpangan siswqa dan
menyimpulkanlatar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan, selanjutnya
menentukan alternatif penanggulangannya.
c. Menilai alternatif pemecahaan, guru menilai alternatif pemecahan
yang sesuai, kemudian memilih alternatif pemecahan yang dianggap sudah tepat
serta melaksanakannya.
d. Mendapatkan balikan, guru melakukan kilas balik agar alternatif pemecahan yang dipilih tadi sesuai
target yang sudah direncanakan.[8]
Dengan cara guru membentuk pertemuan dengan peserta didiknya untuk perbaikan
dan kepentingan siswa dan sekolah, semata-mata untuk kepentingan bersama.
Bahwasannya, prosedur kelas harus dimonitor dengan baik. Guru juga harus
berespons kepada hampir setiap penyimpangan peraturan atau prosedur. Ketika
guru mengumumkan bahwa kelas atas siswa individu tidak benar mengikuti
prosedur, pendekatan terbaik adalah untuk meminta siwa menetapkan prosedur yang
benar dan kemudian mempraktikkannya.
C.
Rancangan Pengelolaan kelas
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Rancangan berasal dari kata rancang yang artinya membuat gambar bentuk bangunan
secara kasar (hanya garis-garis besarnya), menyusun kerangka karangan (dalam
pikiran, dengan catatan kasar bagian-bagiannya), menyusun dalam pikiran tentang
rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan. Rancangan berarti apa yang dirancang.
Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun secara
sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai tujuan tertentu.[9]
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan rancangan pengelolaan kelas:
1. Pemahaman
terhadap arti, tujuan dan hakikat pengelolaan kelas, akan memberikan arah
kepada apa, mengapa dan bagaimana harus berbuat dalam pengelolaan kelas.
2. Pemahaman
terhadap hakikat siswa yang dihadapinya. Yakni, setiap sa’at seorang siwa akan
memperlihatkan sikap dan tingkah laku tertentu dalam lingkungannya.
3. Pemahaman
terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang
dilakukan oleh siswa, melalui identifikai masalah penyimpangan yang
dihadapinya.
4. Pemahaman
terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan kelas.
Pemahaman ini akan menambah kemampuan dalam menyesuaikan pendekatan tertentu
dengan masalah penyimpangan yang dilakukan oleh siswa.
5. Pemilikan
pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan pengelolaan kelas.[10]
Kelima faktor di atas merupakan hal-hal
yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan rancangan pengelolaan kelas.
Setelah rancangan tersebut disusun, hal yang terpenting, yaitu proses pelaksanaannya.
Peranan dan pengaruh guru menjadi penting karena disamping kemampuan dan
keterampilan guru dalam melaksanakan rancangan, maka sikap, tingkah laku,
kepribadian, serta kemampuan berinterksi merupakan aspek yang perlu mendapat
perhatian.
Langkah-langkah proses
pengelolaan kelas, antara lain:
a. Memahami
hakikat konsep dan tujuan pengelolaan kelas.
b. Menentukan
masalahnya, preventif atau kuratif
c. Mempertimbangkan
hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan sendiri, lalu
memperhatikan kenyata’an penyimpangan perilaku yang ada.
d. Menentukan
masalahnya , individual atau kelompok
e. Menyusun
rancangan pengelolaan kelas, preventif individual atau kelompok.
f. Menjabarkan
langkah-langkah kegiatan rancangan pengelolaan kelas.
g. Melaksanakan
rancangan yang telah disusun, dimana fungsi dan peranan guru sangat menentukan.[11]
D.
Tehnik Pengelolaan Kelas
Adapun tehnik-tehniknya sebagai berikut:
1. Tehnik mendekati. Bila
seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik
mendekatinya.
2. Teknik memberikan isyarat.
Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia
sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam,
atau lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor. Jika
insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya
secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta
memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan
terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan. Untuk
menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap
pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5. Teknik menghimbau. Kadang-kadang
guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa
hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka
cenderung untuk tidak menggubrisnya.[12]
Dalam pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan:
pengorganisasian kelas, melakukan kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan
seperti apa ketika menyampaikan pembelajarannya.
a. Pengorganisasian kelas, antara lain:
1) Mengatur tempat duduk, sehingga
memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
2) Membuat jadwal harian dan
mendiskusikannya.
3) Siswa diberi janji sampai guru
memaparkan secara jelas kegiatan yang akan datang.
4) Mendorong siswa untuk bertanggung
jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan tugas-tugas siswa lainnya.
5) Menetapkan kegiatan rutin untuk
mengumpulkan pekerjaan rumah
6) Melakukan kompetisi kelompok untung
merangsang transisi yang lebih banyak lagi.[13]
b. Kegiatan komunikasi
Dalam
kegiatan komunikasi ini dapat berupa Sending skills, keterampilan-keterampilan yang
disampaikan kepada siswa, sseperti: melakukan perjanjian dengan segera,
berbicara langsung dengan siswa, berbicara dengan santun. Dan juga dapat berupa
Receiving
skills, bentuk keterampilan yang diterimakan
kepada siswa yang terdiri dari: tidak menilai apa yang
didengar tetapi bersifat empatik, agar membuat pendengar jelas upayakan aktif
dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap muka dan selalu memperhatikan
informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang kuat dengan menggunakan
gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.[14]
c. Kegiatan monitoring
1) Tangani secara tenang dan cepat
apabila terdapat perilaku siswa yang mengganggu di kelas.
2) Ingatkan kembali kepada siswa
tentang prosedur dan aturan kelas.
3) Ciptakan agar siswa patuh terhadap
prosedur dan aturan kelas.
4) Berikan penjelasan terhadap siswa
bahwa akibat gangguan tersebut akan mendapatkan konsekuensi khusus.
5) Lakukan konsekuensi untuk kelainan
perilaku siswa secara konsisten.
6) Adakalanya terdapat satu atau dua
siswa yang mengganggu kelas, upayakan siswa lainnya tetap fokus terhadap tugas.[15]
Dalam menyampaikan pembelajaran,
guru biasanya melibatkan siswa dalam menilai pekerjaannya maupun kegiatan
pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan waktu untuk berpikir sebelum
disuruh menjawab, serta memberikan semangat, ciptakan antisipasi dan lakukan
berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi siswa[16].
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam proses
pengelolaan kelas, kehadiran guru sangat berperan penting karena dengan
kreatifitasan guru menjadikan proses belajar mengajar di dalam kelas lebih
efektif dan efisien. Guru melakukan pengelolaan kelas terlebih dulu harus
melalui prosedur tertentu, seperti: melakukan prosedur preventif (pencegahan),
dan prosedur kuratif (pencegahan). Prosedur preventif ini bisa dilakukan dengan
cara meningkatkan kesadaran diri sebagai guru, meningkatkan kesadaran pada
siswa, sikap polos dan tulus dari guru, mengenal dan menemukan alternatif
pengelolaan, menciptakan kontrak sosial. Sedangkan, prosedur kuratif dilakukan
dengan mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, menilai alternatif
masalah, mendapatkan balikan atau bisa disebut kilas balik.
Selain dari
segi prosedural nya, harus ada rancangan pengelolaan kelas agar nantinya sesuai
dengan proses pengelolaan kelas itu
sendiri. Adapun faktor penyusunan rancangan meliputi: pemahaman arti, tujuan
dan hakikat pengelolaan kelas; pemahaman terhadap hakikat siswa yang
dihadapinya; pemahaman bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa; pemahaman terhadap
pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas; pemilikan pengetahuan dan
keterampilan. Seorang guru yang mempunyai kreatifitas yang mumpuni adakalanya
dalam melakukan proses pengelolaan kelas dengan menggunakan tehnik-tehnik
pengelolaan kelas yang kreatif pula, seperti pengorganisasian kelas yang cara sederhananya
dengan mengatur tempat duduk siswanya, kemudian guru melakukan kegiatan
komunikasi berupa sending skill maupun receiving skill, dan
melakukan kegiatan monitoring didalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Cece. 1991.
Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Suryosubroto, S.
2002. proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadari, Nawawi. 1989.
Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.
Sodikin, dkk. 2002.
Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Airlangga.
Sudarwan, Danim.
2006 . Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa . 1990. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.
Vern Jones,
Louise Jones. 2012. Manajemen Kelas
Komprehensif. Jakarta: kencana.
Arikunto, Suharsimi.
1988. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.
[1] Mulyasa. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda
Karya, 1990), hal. 82
[2] Suharsimi Arikunto. Pengelola’an Kelas dan Siswa
(Jakarta: Rajawali, 1988), hal. 33
[3] Nawawi,hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelola’an Kelas. (Jakarta: Gunung Agung, 1989), hal.
114
[4] Ibid., hal 116
[5]S Suryosubroto. proses Belajar
Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 134
[6]Danim Sudarwan. Visi Baru Manajemen
Sekolah. (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hal. 93
[7] Ibid.,
hal 94
[8]Cece Wijaya. Kemampuan
Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda Karya, 1991),
hal. 113
[9] Vern jones, Louise Jones.
Manajemen Kelas Komprehensif. (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 41
[10] Ibid., hal 42
[11] Sodikin, dkk. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. (Jakarta: Airlangga, 2002), hal. 58
[12] Mulyasa. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda
Karya, 1990), hal. 101
[13] Suharsimi Arikunto. Pengelolaan
Kelas dan Siswa (Jakarta: Rajawali, 1988), hal. 67
[14] Danim Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 104
[15] S, Suryosubroto. proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hal. 142
[16] Sodikin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta:
Airlangga, 2002), hal. 66
2 comments:
TERIMA KASIH BUAT POSTIINGANNYA.
semoga bermanfaat ^^
Post a Comment